Senin, 25 Juni 2012

INILAH SISI GELAP IMAM KHOMEINI IMAM YANG DIPERTUAN AGUNGKAN SYIAH DAN BUKTI BEJADNYA ULAMA-ULAMA SYI'AH

Oleh Mentari Dari Ufuk Timur

Sayyid Husain Al-Musawi menceritakan : “ Ketika Imam Khomaini tinggal di Iraq, kami bolak-balik berkunjung kepadanya. Kami menuntut ilmu darinya sehingga hubungan antara kami dengannya menjadi erat sekali. Suatu waktu disepakati untuk menuju suatu kota dalam rangka memenuhi undangan, yaitu kota yang terletak di sebelah barat Mosul, yang ditempuh kurang lebih satu setengah jam dengan perjalanan mobil. Imam Khomaini memintaku untuk pergi bersamanya, maka saya pergi bersamanya. Kami disambut dan dimuliakan dengan pemuliaan yang sangat luar biasa selama kami tinggal di salah satu keluarga Syiah yang tinggal di sana. Dia telah menyatakan janji setia untuk menyebarkan faham Syiah di wilayah tersebut.Ketika berakhir masa perjalanan, kami kembali. Di jalan saat kami pulang, kami melewati Baghdad dan Imam hendak beristirahat dari keletihan perjalanan. Maka dia memerintahkan untuk menuju daerah peristirahatan, di mana di sana tinggal seorang laki-laki asal Iran yang bernama Sayyid Shahib. Antara dia dan Imam terjalin hubungan persahabatan yang cukup kental.Sayyid Shahib merasa bahagia dengan kedatangan kami. Kami sampai ke rumahnya waktu dzuhur, maka dia membuatkan makan siang bagi kami dengan hidangan yang sangat luar biasa. Dia menghubungi beberapa kerabatnya dan mereka pun datang. Rumah menjadi ramai dalam rangka menyambut kedatangan kami. Sayyid Shahib meminta kami untuk menginap di rumahnya pada malam itu, maka imam pun menyetujuinya. Ketika datang waktu Isya dihidangkan kepada kami makan malam. Orang-orang yang hadir mencium tangan Imam dan menanyakan beberapa masalah dan Imam pun menjawabnya. Ketika tiba saatnya untuk tidur dan orang-orang yang hadir sudah pada pulang, kecuali tuan rumah, Imam Khomaini melihat anak perempuan yang masih kecil, umurnya sekitar empat atau lima tahun, tetapi dia sangat cantik. Imam meminta kepada bapaknya, yaitu Sayyid Shahib untuk menghadirkan anak itu kepadanya agar dia melakukan mut’ah dengannya. Maka si bapak menyetujuinya dan dia merasa sangat senang. Lalu Imam Khomaini tidur dan anak perempuan ada dalam pelukannya, sedangkan kami mendengar tangisan dan teriakannya..Yang penting, berlalulah malam itu. Ketika tiba waktu pagi kami duduk untuk menyantap makan pagi. Sang Imam melihat kepadaku dan di wajahku terlihat terlihat tanda-tanda ketidak sukaan dan pengingkaran yang sangat jelas, karena bagaimana dia melakukan mut’ah dengan anak yang masih kecil, padahal di dalam rumah terdapat gadis-gadis yang sudah baligh, yang mungkin baginya untuk melakukan mut’ah dengan salah satu diantara mereka, tetapi mengapa dia melakukan hal itu dengan anak kecil?Dia berkata kepadaku : “Sayyid Husain, apa pendapatmu tentang mut’ah dengan anak kecil?Saya berkata kepadanya : “Ucapan yang paling tinggi adalah ucapanmu, yang benar adalah perbuatanmu dan engkau adalah seorang Imam Mujtahid. Tidak mungkin bagiku untuk berpendapat atau mengatakan kecuali sesuai dengan pandapat dan perkataanmu. Perlu difahami bahwa tidak mungkin bagi saya untuk menentang fatwamu.”Dia berkata : “Sayyid Husain, sesungguhnya mut’ah dengan anak kecil itu hukumnya boleh, tetapi hanya dengan cumbuan, ciuman dan himpitan paha. Adapun jima, maka sesungguhnya dia belum kuat untuk melakukanya.Imam Khomaini berpendapat atas kebolehan melakukan mut’ah sekalipun dengan anak yang masih disusui. Dia berkata : “Tidak mengapa melakukan mut’ah dengan anak yang masih disusui dengan pelukan, himpitan paha dan ciuman.” (Lihat kitabnya yang berjudul Tahrir Al-Wasilah, 2/241 nomor 12)

Dinukil dari Kitab Lillaahi Tsumma Lit Tariikh

Penulis : Sayyid Husain Al-Musawi

Penerbit : Dar Zhil Asy-Syarif

Edisi Terjemah : Mengapa Saya Keluar Dari Syiah Pnerjemah : Iman Sulaiman Lc
Pustaka Al-Kautsar

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More