Jumat, 07 September 2012

POKOK-POKOK KESESATAN SYIAH

POKOK-POKOK KESESATAN SYIAH
Oleh :
Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql

Asal-usul Syiah

Syiah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan.
Sedangkan dalam istilah Syara', Syi'ah adalah suatu aliran yang timbul sejak
pemerintahan Utsman bin Affan yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba',
seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, lalu
Abdullah bin Saba' mengintrodusir ajarannya secara terang-terangan dan
menggalang massa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (baca:
imamah) sesudah Nabi saw sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena
suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin Saba', Khalifah
Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut.

Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib.
Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil tindakan oleh Ali bin Abi
Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian mereka melarikan diri ke Madain.

Aliran Syi'ah pada abad pertama hijriyah belum merupakan aliran yang solid
sebagai trend yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang
berkembang pada abad ke-2 hijriyah dan abad-abad berikutnya.

Pokok-Pokok Penyimpangan Syiah pada Periode Pertama:

1. Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah saw adalah Ali bin Abi
Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh
merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra.

2. Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)

3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat
akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam
kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.

4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui
rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama
dengan menuhankan Ali dan Imam.

5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan
oleh para pengikut Abdullah bin Saba' dan akhirnya mereka dihukum

bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.

Page 2

6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar

bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80

kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut

7. Keyakinan mencaci maki para Sahabat atau sebagian Sahabat seperti

Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa' wal Firaq wal Bida' wa Mauqifus

Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal. 237)

Pada abad ke-2 hijriyah, perkembangan keyakinan Syi'ah semakin menjadi-

jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan

terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti

Sofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi

Khomaini dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.

Pokok-Pokok Penyimpangan Syi'ah Secara Umum:

1. Pada Rukun Iman:

Syiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada

para Malaikat, Rasul dan Qadha dan Qadar- yaitu: 1. Tauhid (keesaan

Allah), 2. Al-'Adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian), 4. Imamah

(kepemimpinan Imam), 5.Ma'ad (hari kebangkitan dan pembalasan).

(Lihat 'Aqa'idul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhoffar dll)

2. Pada Rukum Islam:

Syiah tidak mencantumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu:

1.Shalat, 2.Zakat, 3.Puasa, 4.Haji, 5.Wilayah (perwalian) (lihat Al-Khafie

juz II hal 18)

3. Syi'ah meyakini bahwa Al-Qur'an sekarang ini telah dirubah, ditambahi

atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti:

"wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna 'ala 'abdina FII 'ALIYYIN fa`tu bi

shuratim mim mits lih (Al-Kafie, Kitabul Hujjah: I/417)

Ada tambahan "fii 'Aliyyin" dari teks asli Al-Qur'an yang berbunyi:

"wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna 'ala 'abdina fa`tu bi shuratim

mim mits lih" (Al-Baqarah:23)

Karena itu mereka meyakini bahwa: Abu Abdillah a.s (imam Syiah)

berkata: "Al-Qur'an yang dibawa oleh Jibril a.s kepada Nabi Muhammad

saw adalah 17.000 ayat (Al-Kafi fil Ushul Juz II hal.634). Al-Qur'an

mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat

kitab Syi'ah Al-Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab

karangan An-Nuri Ath-Thibrisy)

Page 3

4. Syi'ah meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi saw, mereka

murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad,

Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII

hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244)

5. Syi'ah menggunakan senjata "taqiyyah" yaitu berbohong, dengan cara

menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk

mengelabui (Al Kafi fil Ushul Juz II hal.217)

6. Syi'ah percaya kepada Ar-Raj'ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya

masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka

keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya

untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.

7. Syi'ah percaya kepada Al-Bada', yakni tampak bagi Allah dalam hal

keimaman Ismail (yang telah dinobatkan keimamannya oleh ayahnya,

Ja'far As-Shadiq, tetapi kemudian meninggal disaat ayahnya masih hidup)

yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi

Imam mereka tetap maksum (terjaga).

8. Syiah membolehkan "nikah mut'ah", yaitu nikah kontrak dengan jangka

waktu tertentu (lihat Tafsir Minhajus Shadiqin Juz II hal.493). Padahal hal

itu telah diharamkan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ali bin

Abi Thalib sendiri.

Nikah Mut'ah

Nikah mut'ah ialah perkawinan antara seorang lelaki dan wanita dengan

maskawin tertentu untuk jangka waktu terbatas yang berakhir dengan

habisnya masa tersebut, dimana suami tidak berkewajiban memberikan

nafkah, dan tempat tinggal kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan

antara keduanya.

Ada 6 perbedaan prinsip antara nikah mut'ah dan nikah sunni (syar'i):

1. Nikah mut'ah dibatasi oleh waktu, nikah sunni tidak dibatasi oleh

waktu.

2. Nikah mut'ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam

akad atau fasakh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan talaq atau

meninggal dunia

3. Nikah mut'ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah

sunni menimbulkan pewarisan antara keduanya.

Page 4

4. Nikah mut'ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi

dengan jumlah istri hingga maksimal 4 orang.

5. Nikah mut'ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah sunni

harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.

6. Nikah mut'ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada

istri, nikah sunni mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri.

Dalil-Dalil Haramnya Nikah Mut'ah

Haramnya nikah mut'ah berlandaskan dalil-dalil hadits Nabi saw juga

pendapat para ulama dari 4 madzhab.

Dalil dari hadits Nabi saw yang diwayatkan oleh Imam Muslim dalam

kitabnya Shahih Muslim menyatakan bahwa dari Sabrah bin Ma'bad Al-

Juhaini, ia berkata: "Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan

haji. Pada suatu saat kami berjalan bersama saudara sepupu kami dan

bertemu dengan seorang wanita. Jiwa muda kami mengagumi wanita

tersebut, sementara dia mengagumi selimut (selendang) yang dipakai oleh

saudaraku itu. Kemudian wanita tadi berkata: "Ada selimut seperti selimut".

Akhirnya aku menikahinya dan tidur bersamanya satu malam. Keesokan

harinya aku pergi ke Masjidil Haram, dan tiba-tiba aku melihat Rasulullah

saw sedang berpidato diantara pintu Ka'bah dan Hijr Ismail. Beliau bersabda,

"Wahai sekalian manusia, aku pernah mengizinkan kepada kalian untuk

melakukan nikah mut'ah. Maka sekarang siapa yang memiliki istri dengan

cara nikah mut'ah, haruslah ia menceraikannya, dan segala sesuatu yang

telah kalian berikan kepadanya, janganlah kalian ambil lagi. Karena Allah

azza wa jalla telah mengharamkan nikah mut'ah sampai Hari Kiamat (Shahih

Muslim II/1024)

Dalil hadits lainnya: Dari Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata kepada Ibnu Abbas

ra bahwa Nabi Muhammad saw melarang nikah mut'ah dan memakan daging

keledai jinak pada waktu perang Khaibar (Fathul Bari IX/71)

Pendapat Para Ulama

Berdasarkan hadits-hadits tersebut diatas, para ulama berpendapat sebagai

berikut:

- Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H)

dalam kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan: "Nikah mut'ah ini bathil

menurut madzhab kami. Demikian pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat

587 H) dalam kitabnya Bada'i Al-Sana'i fi Tartib Al-Syara'i (II/272)

mengatakan, "Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah

mut'ah"

Page 5

- Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya

Bidayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334)

mengatakan, "hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut'ah mencapai

peringkat mutawatir" Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H)

dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan, "Apabila

seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya

batil."

- Dari Madzhab Syafi', Imam Syafi'i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-

Umm (V/85) mengatakan, "Nikah mut'ah yang dilarang itu adalah semua

nikah yang dibatasi dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki kepada seorang

perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu

bulan." Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Al-

Majmu' (XVII/356) mengatakan, "Nikah mut'ah tidak diperbolehkan,

karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat

mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu."

- Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam

kitabnya Al-Mughni (X/46) mengatakan, "Nikah Mut'ah ini adalah nikah

yang bathil." Ibnu Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin

Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah mut'ah adalah

haram.

Dan masih banyak lagi kesesatan dan penyimpangan Syi'ah. Kami ingatkan

kepada kaum muslimin agar waspada terhadap ajakan para propagandis

Syi'ah yang biasanya mereka berkedok dengan nama "Wajib mengikuti

madzhab Ahlul Bait", sementara pada hakikatnya Ahlul Bait berlepas diri dari

mereka, itulah manipulasi mereka. Semoga Allah selalu membimbing kita ke

jalan yang lurus berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan

pemahaman Salafus Shalih. Lebih lanjut bagi yang ingin tahu lebih banyak,

silakan membaca buku kami "Mengapa Kita Menolah Syi'ah".

Page 6

Diantara Akidah Syi'ah

Oleh

Syaikh Abdullah bin Muhammad As Salafi.

Sepatah Kata Dari Penterjemah

Segala puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga

senantiasa dianugerahkan atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta

sahabat-sahabatnya.

Amma ba'du :

Sebenarnya, sudah lama saya ingin menterjemah buku kecil ini, yang penuh

dengan bukti yang akurat dari buku-buku pegangan kaum syi'ah. Tatkala

salah seorang ikhwan yang mulia mengirim email kepada saya untuk minta

dikirimi makalah tentang syi'ah, disebabkan di kampusnya sedang gencar-

gencarnya dakwah syi'ah, maka saya semakin terdorong untuk cepat-cepat

menterjemahkan buku ini, agar kerusakan aqidah golongan yang sesat ini

bisa diketahui oleh masyarakat umum.

Tulisan ini insya Allah akan saya kirim lewat group diskusi ini secara

bertahap menjadi 16 edisi. Terjemahan ini diizinkan untuk disebarluaskan

bagi siapa yang ingin menyebarkannya secara cuma-cuma, asalkan tidak

dirobah sedikitpun dari tulisannya.

Akhirnya kepada Allah -lah kita memohon agar kita semua diberi keikhlasan

dalam beramal shaleh, dan ditetapkan di atas agama-Nya yang lurus,

dianugerahkan niat yang baik, dan pemahaman yang benar terhadap Al

Quran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman sahabat. Serta dijauhkan dari

segala yang merusak akidah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha

Dekat. Amiin.

Pendahuluan

Page 7

Segala puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga

senantiasa dianugerahkan atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta

sahabat-sahabatnya.

Amma ba'du :

Sesunguhnya motivasi yang mendorong untuk menulis makalah ini adalah

apa yang terlihat belakangan ini, yakni, semakin gencarnya kegiatan

Rafidhah (syi'ah) dalam mendakwahi ajaran mereka setaraf dunia Islam, dan

bahaya terhadap agama islam yang dimiliki oleh golongan yang keluar ini,

serta kelengahan dari kebanyakkan dari awam kaum muslimin terhadap

bahaya mereka, serta apa-apa yang terdapat dalam akidah mereka berupa

syirik, celaan terhadap Al Quran, celaan terhadap para sahabat, ghuluw

(berlebih-lebihan) terhadap para imam. Sungguh penyusun telah bertekat

untuk menulis makalah ini, dan menjawab apa yang menjadi problem dalam

permasalahan ini secara ringkas, mengikuti metode syeikh kita Syeikh

Alaamah abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin -semoga Allah menjaganya-

dalam kitab beliau (( At Ta'liiqaatu 'Ala Matni Lum'atil 'Itiqaad )), dan dengan

cara menukil dari buku-buku Rafidhah yang terkenal dan tersohor di

kalangan mereka, serta dari buku-buku ahli sunnah dari kalangan para

imam-imam terdalulu dan belakangan, dimana mereka telah membantah dan

menerangkan kerusakan akidah mereka yang berdiri atas kesyirikan, ghuluw

(sikap berlebih-lebihan), kedustaan, caci maki, celaan, tikaman, dll.

Sesungguhnya penyusun telah berusaha dalam makalah yang singkat dan

kurang berharga ini, untuk membuktikan kesalahan mereka dari buku-buku

mereka dan karangan-karangan yang terpercaya di kalangan mereka,

sebagaimana perkataan Syeikh Ibrahim bin Sulaiman Al Jabhan -semoga

Allah menjaganya- : "Dari mulutmu aku menghukummu wahai pemeluk

syi'ah".

Akhirnya, penyusun memohon kepada Allah 'Ajja wa Jalla semoga makalah

ini bermanfaat bagi orang-orang yang bisa memandang dengan baik,

sebagaimana firman Allah: "INNA FII DZAALIKA LADZIKRA LIMAN KAANA

LAHUU QALBUN AW ALQAA-SSAM'A WA HUWA SYAHIID"

Page 8

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan

bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan

pendengarannya, sedang dia menyaksikannya " (Surat : Qoof, ayat : 37).

Dan penyusun mengucapkan terima kasih, kepada setiap orang yang ikut

menanam saham bersama penyusun dalam menerbitkan buku kecil ini,

Wallahu 'Alam, semoga Allah senantiasa menganugerahkan shalawat dan

salam atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta sahabat-sahabatnya.

Kapan Munculnya Firqah Rafidhah?

Firqah ini tumbuh tatkala muncul seorang Yahudi mendakwakan dirinya

sudah masuk Islam, namanya Abdullah bin saba. Mendakwakan kecintaan

terhadap ahli bait, dan terlalu memuja-muji Ali, dan mendakwakan, bahwa

Ali punya wasiat untuk mendapatkan khalifah, kemudian ia mengangkat Ali

sampai ke tingkat Ketuhanan, hal ini diakui oleh buku-buku syi'ah sendiri.

Al Qummi berkata dalam bukunya "Al Maqaalaat wal Firaq" 1 : Ia mengakui

keberadaannya, dan menganggabnya orang pertama yang berbicara tentang

wajibnya keimaman Ali, dan raj'iyah Ali 2 , dan menampakkan celaan terhadap

Abi Bakr, Umar dan Utsman serta seluruh sahabat, seperti yang dikatakan

oleh An Nubakhti di bukunya "Firaqus Syi'ah" 3 . Sebagaimana Al Kissyi

mengatakan demikian juga di bukunya yang dikenal dengan "Rijaalul

Kissyi" 4 . Pengakuan adalah tuan argumen (argumen yang akurat), dan

mereka-mereka ini semuanya adalah syeikh-syeikh besar Rafidhah.

Al Baghdadi berkata : Kelompok Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba

yang telah berlebih-lebihan (dalam memuji) Ali, dan mendakwakkan,

bahwasanya Ali adalah nabi, kemudian bersikap berlebih-lebiahn lagi,

sehingga ia mendakwakan bahwasanya Ali adalah Allah.

1 Lihat "Al Maqaalaat wal Firaq" oleh Al Qummi, hal : 10-21.

2 Keyakinan bahwa Ali akan kembali ke dunia sebelum hari kiyamat.

3 Lihat "Firaqus Syi'ah" oleh An Nubakhti, hal : 19-20.

4 Lihat : apa yang dicantumkan oleh Al Kissyi dalam beberapa riwayat dari Ibnu Saba

dan akidah-akidahnya, lihat no : 170, 171, 172, 173, 174, dari hal : 106-108.

Page 9

Al Baghdadi berkata juga : adalah ia (Abdullah bin Saba) anak orang berkulit

hitam, asal usulnya adalah orang Yahudi dari penduduk Hirah (Yaman), lalu

mengumumkan keislamannya, dan menginginkan agar ia mempunyai

kerinduan dan kedudukan di sisi penduduk negeri Kufah, dan ia juga

menyebutkan kepada mereka, bahwasanya ia membaca di Taurat, bahwa

sesungguhnya bagi tiap-tiap nabi punya orang yang diwasiatkan, dan

sesungguhnya Ali adalah orang yang diwasiatkan Muhammad Sholallahu

'alaihi wassalam.

Dan As Syahrastaani menyebutkan dari ibnu Saba, bahwasanya ia adalah

orang yang pertama kali menyebarkan perkataan keimaman Ali secara nas /

telah ditetapkan, dan ia menyebutkan juga dari kelompok sabaiyah, bahwa

kelompok ini adalah firqah (golongan) yang pertama sekali mengatakan

masalah ghaibah 5 dan akidah raj'iyah, kemudian syiah mewarisinya setelah

itu, meskipun mereka itu berbeda, dan pecahan golongan mereka banyak.

Perkataan tentang keimaman dan kekhilafan Ali merupakan nas dan wasiat,

itu merupakan dari kesalahan-kesalahan Ibnu Saba. Yang akhirnya syi'ah

sendiri berpecah menjadi golongan-golongan dan perkataan-perkataan yang

banyak sampai puluhan golongan dan perkataan.

Begitulah syiah membuat bid'ah dalam perkataan tentang keyakinan wasiat,

raj'iyah, ghaibah, bahkan perkataan menjadikan imam-imam sebagai tuhan 6 ,

karena mengikuti Ibnu Saba orang yahudi itu.

Kenapa Syi'ah Dinamakan Dengan Rafidhah?

Penamaan ini disebutkan oleh syeikh mereka Al Majlisi dalam bukunya "Al

Bihaar" dan ia mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits mereka 7 .

Ada yang mengatakan : mereka dinamakan rafidhah, karena mereka datang

ke Zaid bin Ali bin Husein, lalu mereka berkata : "Berlepas dirilah kamu dari

5 Keyakinan menghilangnya imam Mahdi yang mereka tunggu-tunggu.

6 Ushul 'Itiqad Ahli Sunnah Wal Jama'ah, Al Lalikaai, 1/22-23.

7 Lihat buku : Al Bihaar, oleh Al Majlisi, hal : 68-96-97. (Dia ini merupakan salah

seorang tempat bertanya orang-orang rafidhah (syi'ah) untuk zaman-zaman terakhir).

Page 10

Abu Bakr dan Umar sehingga kami bisa bersamamu!", lalu beliau menjawab :

"Mereka berdua (Abu Bakr dan Umar) adalah sahabat kakekku, bahkan aku

setia kepada mereka". Mereka berkata : "Kalau begitu, kami menolakmu

(rafadhnaak) maka dinamakanlah mereka Raafidhah (yang menolak), dan

orang yang membai'at dan sepakat dengan Zaid bin Ali bin Husein disebut

Zaidiyah 8 .

Ada yang mengatakan : mereka dinamakan dengan Raafidhah, karena

mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakr dan Umar 9 .

Dan dikatakan mereka dimanakan dengan Rafidhah karena mereka menolak

agama 10 .

Rafidhah Terpecah Menjadi Berapa Firqoh (Golongan)?

Ditemukan di dalam buku Daairatul Ma'arif bahwasanya : golongan yang

muncul dari cabang-cabang syi'ah jauh melebihi dari angka tujuhpuluh tiga

golongan yang terkenal itu 11 .

Bahkan dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir Ad Damaad 12 ,

sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits

berpecahnya umat ini menjadi tujuhpuluh tiga golongan, maksudnya adalah

firqoh-firqoh syi'ah. Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari

mereka adalah golongan Imamiyah.

Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-firqoh mereka itu sampai 300

(tiga ratus) firqoh 13 .

8 At Ta'liiqaatu 'Ala Matni Lum'atil 'Itiqaad, oleh : Syeikh Alaamah Abdullah bin

Abdurrahman Al Jibrin, -semoga Allah menjaganya-, hal : 108.

9 Lihat : catatan kaki buku Maqaalaat Al Islamiyiin, oleh Muhyiddin Abdul Hamid,

(1/89).

10 Lihat : di buku Maqaalaat Al Islamiyiin, (1/89).

11 Daairatul Ma'arif, (4/67).

12 Dia adalah Muhammad Baqir bin Muhammad Al Asadi, termasuk tokoh besar syi'ah.

13 Dia adalah Al Maqrizi du Al Khuthath, ((2/351).

Page 11

As Syahrastaani berkata : Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima

bagian : Al Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan Al

Ismailiyah 14 .

Al Baghdadi berkata : Sesungguhnya Rafidhah setelah masa Ali ada empat

golongan : Zaidiyah, Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah 15 .

Perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari

firqoh-forqoh Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.

Apakah dimaksud dengan akidah Al Badaa' yang diimani oleh

Rafidhah?

Al Badaa' yaitu bermakna tampak (muncul) setelah sembunyi, atau

bermakna timbulnya pandangan baru. Al Badaa' sesuai dengan kedua makna

itu, haruslah didahului oleh ketidaktahuan, serta baru diketahui. Keduanya

ini merupakan suatu hal yang mustahil atas diri Allah, akan tetapi orang

Rafidhah (syiah) menisbatkan kepada Allah sifat Al Badaa'.

Telah diriwayatkan dari Ar Rayaan bin Al Sholt, ia berkata : "Saya telah

mendengar Al Ridha berkata : "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali

mengharamkan khamar, dan mengakui bahwa Allah itu memiliki sifat Al

Badaa” 16 . Dan dari Abi Abdillah ia berkata : "Tidak pernah Allah diibadati

dengan sesuatu apapun seperti (mengibadatinya dengan) Al Badaa” 17 . Maha

Tinggi Allah dari hal itu dengan ketinggian yang besar.

Lihatlah wahai saudarku muslim, bagaimana mungkin mereka menisbatkan

kepada Allah subhanahu wa ta'ala sifat jahal (ketidaktahuan), sedangkan Dia

mengatakan tentang diri-Nya :

Artinya : "Katakanlah : Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang

tahu ghaib kecuali Allah."

14 Al Milal wan Nihal, oleh As Syahrastani, hal :147.

15 Al Farqu Bainal Firaq, oleh Al Baghdadi, hal : 41.

16 Ushulul Kafi, hal :40

17 Ushulul Kafi, oleh Al Kulaini di kitab tauhid : 1/133.

Page 12

Dan di sisi lain Rafidhah (syi'ah) meyakini bahwa sesungguhnya para imam

mengetahui seluruh ilmu, dan tidak akan tersembunyi baginya sesuatu

apapun.

Apakah ini keyakinan Islam (akidah Islam) yang dibawa oleh nabi

Muhammad -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- ??????

Apa Akidah Rafidhah Dalam Masalah Sifat ?

Adalah Rafidhah orang yang pertama kali mengatakan tajsiim (bersifat

seperti tubuh manusia). Sungguh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menentukan

bahwa sesungguhnya orang yang melakukan kedustaan ini dari kalangan

kaum Rafidhah adalah Hisyam ibnul Hakam 18 , dan Hisyam bin Salim Al

Jawaliqi, Yunus bin Abdurrahman Al Qummi, dan Abu Ja'far Al Ahwal 19 .

Seluruh orang yang disebutkan tadi termasuk syeikh-syeikh besar golongan

Itsna Asyariyah (Rafidhah), kemudian mereka menjadi pemeluk paham

Jahmiyah mu'athilah, sebagaimana sekumpulan riwayat mereka menyifati

Rabb semesta alam dengan sifat-sifat negetif yang mereka masukkan

sebagai sifat yang tetap bagi Allah. Dan sungguh Ibnu Babawaih

meriwayatkan lebih dari tujuhpuluh riwayat yang mengatakan bahwa Allah

Ta'ala, tidak disifiti dengan jaman, tidak dengan tempat, tidak dengan

bagaimananya, tidak dengan gerak, tidak dengan berpindah, tidak dengan

sesuatupun dari sifat-sifat tubuh, Dia bukan yang bisa diraba, bukan

bertubuh dan berbentuk."

Maka syeikh-syeikh mereka mengikuti jalan

(metode) yang sesat ini dengan menta'til (menghilangkan) sifat-sifat yang

tercantum dalam AlQuran dan sunnah.

Sebagaimana mereka mengingkari turunnya Allah yang Maha Agung. Mereka

mengatakan Al Quran makhluk, mereka mengingkari ru'yah (melihat kepada

18 Minhaaj sunnah (1/20) oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah.

19 'Itiqadaat Firaqul Muslimin Wal Musyrikin, hal : 97.

20 At Tauhid, oleh Abu Babawaih, hal : 57.

Page 13

Allah) pada hari akhirat. Tercantum dalam kitab "Biharul Anwar",

bahwasanya Abu Abdillah Ja'far As Shodiq ditanya tentang Allah ta'ala,

apakah bisa dilihat pada hari akhirat? Beliau berkata : "Maha Suci Allah dan

Maha Tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar, sesungguhnya

pandangan tidak akan bisa mencapai kecuali hal-hal yang mempunyai warna

dan bentuk, dan Allah yang menciptakan warna-warni dan bentuk".

Bahkan mereka mengatakan : "Jika seandainya dinisbatkan kepada Allah

sebagian sifat seperti ru'yah, maka dihukum sebagai murtad, sebagaimana

yang didapatkan dari syeikh mereka Ja'far Al Najfi di kitab "Kasyful Ghitho'"

hal : 417. Perlu diketahui bahwasanya melihat kepada Allah pada hari akhirat

adalah benar adanya dan sudah konsisten dalam Kitab dan Sunnah tanpa

meliputi seluruhnya dan tanpa bagaimananya, sebagaimana firman Allah :

"Wajah-wajah pada saat itu berseri-seri, kepada Rabbnya melihat" (Al

Qiyamah : 22,23).

Dan dari sunnah apa yang tercantum dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari

hadits Jarir bin Abdillalh Al Bajali, berkata : "Adalah kami duduk-duduk

bersama Rasulullah, lalu beliau melihat kepada purnama, pada malam empat

belas, lalu bersabda : "Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian

dengan mata telanjang, sebagaimana kalian melihat ini (purnama), dimana

kalian tidak berdesakan melihatnya" 21 . Dan ayat-ayat serta hadits-hadits

dalam masalah itu banyak sekali, yang tidak memungkinkan kita untuk

menyebutkannya. 22

Apa Keyakinan Rafidhah (Syiah) Terhadap Al Quran-ul Karim Yang Ada Di

Tengah-Tengah Kita Sekarang, Padahal Allah Telah Berjanji Untuk

Menjaganya?

21 Bukhari no : 544, dan Muslim no : 633.

22 Lihat karangan-karangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dalam menetapkan ru'yah, seperti

kitab Ar Ru'yah oleh Daruqutni, dan kitab imam Al Lalikai dan lainnya.

Page 14

Sesungguhnya Rafidhah yang dinamakan pada zaman kita sekarang ini

dengan syiah, mengatakan sesungguhnya Al Quran yang ada di pada kita,

bukanlah Al Quran yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad, akan

tetapi telah dirubah, ditukar, ditambah dan dikurangi. Jumhur ahli hadits dari

kalangan syi'ah meyakini adanya pelencengan (perubahan) dalam Al Quran

seperti yang disebutkan oleh An Nuuri Al Tibrisi dalam kitabnya "Fashlul

Khithab Fi Tahrifil Kitabi Rabbil Arbab". 23

Dan Muhammad bin Ya'qub Al Kulaini berkata di "Usulul Kafi" di bawah Bab

bahasan : "Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengumpulkan Al Quran

seluruhnya, kecuali para iman" dari Jabir ia berkata : saya telah mendengar

Abu Ja'far berkata : "Tidaklah seseorang dari manusia mendakwakan

bahwasanya dia telah mengumpulkan Al Quran secara keseluruhannya

sebagaimana Allah telah menurunkannya, kecuali ia itu adalah orang

pendusta. Tidak ada yang mempu mengumpulkannya dan menghafalnya

seperti yang telah diturunkan Allah kecuali Ali bin Abi Talib dan para imam

setelah mereka".

Dan Ahmad Al Tibrisi dalam kitab "AL Ihtijaaj" dan Al Mulla Hasan dalam

tafsirnya " As Shaafi" sesungguhnya Umar telah berkata kepada Zaid bin

Tsabit : Sesungguhnya Ali telah datang kepada kita dengan membawa Al

Quran, yang di dalamnya tercantum aib-aib orang muhajirin dan anshor. Dan

sungguh kami telah memandang untuk mengumpulkan Al Quran dan

menghilangkan setiap apa-apa yang di dalamnya terdapat aib-aib muhajirin

dan anshr. Dan Zaid pun telah memenuhinya untuk itu, kemudian berkata :

"Jika saya telah selesai dari (mengumpulkan) Al Quran sesuai yang anda

minta, lalu jelas atas saya akan Al Quran yang dikumpulkannya (Ali),

bukankah itu menghancurkan setiap apa yang telah anda kerjakan? Maka

berkata Umar : "Jadi bagaimana jalan keluarnya? Berkata Zaid : Anda lebih

tahu dengan jalan keluarnya", berkata Umar : Tiada jalan keluar kecuai kita

harus membunuhnya agar kita lega darinya. Lalu ia pun merancang

23 Fashlul Khithab, oleh Hasan bin Muhammad Taqiyun Nuri Al Tibrisi, hal : 32.

Page 15

pembunuhannya (Ali) lewat tangan Khalid bin Walid, akan tetapi dia tidak

mempu melakukannya 24 .

Tatkala Umar menjadi khalifah, mereka (para sahabat) meminta Ali untuk

mendatangkan Al Quran kepada mereka, agar mereka sama mereka

merubahnya. Lantas Umar berkata : Wahai Abul Hasan, alangkah baiknya

kalau seandainya kamu membawa Al Quran yang pernah kamu bawa ke

hadapan Abu Bakr, agar kita bersatu atasnya. Lalu Ali berkata : Tidak

mungkin, dan tidak mungkin ada jalan untuk itu, sebenarnya saya

membawanya ke hadapan Abu Bakr hanyalah untuk menegakkan hujjah

atasnya, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat "Sesungguhnya

kami akan hal ini dalam keadaan lengah" (Al 'Araf :172), atau agar kalian

tidak mengatakan ; "Kamu tidak pernah mendatangkannya kepada kami" (Al

'Araf : 129). Sesungguhnya Al Quran ini tidak ada yang menyentuhnya

kecuali orang-orang yang suci, dan orang-orang yang diwasiatkan dari

kalangan anakku. Lalu berkata Umar : "Apakah ada waktu untuk

menampakkannya diketahui ? Lantas Ali berkata : "Ya, jika telah bangkit

seseorang dari anakku, ia akan menampakkannya dan membawa manusia

atasnya 25 .

Walau bagaimanapun orang syiah menampakkan sikap berlepas dirinya

terhadap buku An Nuri al Tibrisi ini, demi mengamalkan akidah taqiyah, akan

tetapi kitab itu terselubung dan tersimpan dalam ratusan nas-nas

(pernyataan-pernyataan) dari ulama mereka dalam kitab-kitab yang diakui,

menetapkan hal itu, dan bahwasanya mereka betul-betul yakin dengan

perubahan itu, dan beriman dengannya, akan tetapi mereka tidak ingin

timbul kehebohan sekitar akidah mereka ini terhadap alquran.

Dan tinggal setelah itu, bahwa ada dua Al Quran, yang pertama yang

diketahui, dan yang lain khusus, tersembunyi. Diantaranya surat Wilayah,

dan diantara yang didakwakan oleh syi'ah Rafidhah, bahwa ada satu ayat

telah dihapus dari Al Quran yaitu :

"Dan kami telah menjadikan Ali sebagai menantumu", Mereka mendakwakan

ayat ini dihapus dari surat Alam Nasyrah, sementara mereka tidak pernah

24 Lihatlah saudara seiman, alangkah kejinya kisah yang dibuat-buat oleh kaum syiah

terhadap para sahabat.

25 Al Ihtijaaj oleh Al Tibrisi hal :225, kitab Fashlul Khithab, hal : 7.

Page 16

malu dangan dakwaan mereka ini, karena mereka mengetahui bahwa surat

itu adalah makkiyah, dan Ali belum menjadi menantu Nabi saat di Mekah.

Bagaimana Akidah Rafidhah Terhadap Para Sahabat Rasulullah?

Akidah Rafidhah berdiri atas caci maki, mencala dan mengkafirkan para

sahabat -semoga Allah meridhoi para sahabat-. Al Kulaini menyebutkan di

"Furu' Al Kafi" dari Ja'far 'alaihi salam : "Manusia menjadi murtad setelah

Nabi (meninggal) kecuali tiga orang, lalu aku bertanya : siapa tiga orang

itu ? beliau berkata : Al miqdaad bin Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman

Al Farisi 26 .

Al Majlisi dalam kitab "Haqqul Yakin" menyebutkan : "Bahwasanya seorang

budak Ali bin Hasein berkata kepadanya : saya mempunyai hak pelayanan

yang wajib atas dirimu, maka beritahu aku tentang Abu Bakr dan Umar, lalu

ia menjawab : "Mereka berdua adalah orang kafir, dan orang yang mencintai

mereka maka ia orang kafir juga." 27

Dalam tafsir Al Qummi pada firman Allah (An Nahl : 90) :

Mereka mengatakan : al fahsyaa' (keji) adalah Abu Bakr, mungkar adalah

Umar dan baghyi (kezoliman) adalah Utsman 28 .

Mereka mengatakan dalam buku mereka "Miftahul Jinaan" : Ya Allah

anugerahkanlah salawat atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad dan

laknatlah dua berhala kaum Quraisy dan dua yang mereka sembah selain

Allah 29 . dan dua toghut serta anak perempuan mereka berdua....dan

26 Furuu' Al Kafi, oleh Al Kulaini, hal : 115.

27 Haqqul Yakiin, oleh Al Majlisi, hal : 522. Di sini perlu di isyaratkan bahwa

sesungguhnya Ali bin Hasein dan Ahlu Bait semuanya berlepas diri dari semua ini yaitu

kedustaan yang diada-adakan oleh kaum Rafidah atas diri mereka, semoga Allah

memerangi kaum rafidhah, alangkah jeleknya kedustaan yang mereka buat. (Insya Allah

penterjemah akan membuat satu edisi yang berisikan sikap Ahlul Bait terhadap para

sahabat, yang akan diambil dari buku-buku pegangan mereka sendiri, agar pembaca

mengetahui sebenarnya mereka telah menyelisihi ahlul Bait sendiri dalam bersikap

terhadap para sahabat Rasul.)

28 Tafsir Al Qummi, hal : 218.

Page 17

seterusnya 30 . Dan yang mereka maksudkan dengan itu adalah Abu Bakr,

Umar, Aisyah dan Hafshah.

Pada hari asyura (hari ke sepuluh bulan Muharram), mereka membawa

seekor anjing lalu mereka namakan dengan umar, kemudian mereka

menghujani dengan pukulan pakai tongkat, serta melontarnya dengan batu

sampai mati, kemudian mereka menghadirkan seekor anak kambing, mereka

beri nama dengan Aisyah, kemudian mereka mulai mencabut bulunya, dan

menghujani dengan pukulan pakai sandal, sampai mati 31 .

Sebagaimana mereka merayakan hari terbunuhnya Faruq Umar bin Khatab

dan mereka memberi nama pembunuh umar yaitu abu Lukluk al Majusi

dengan nama Baba Syujaa'uddin (bapak) pemberani agama (pahlawan

agama) 32 , semoga Allah meridhoi seluruh sahabat dan para ummul

mukminin.

Lihatlah wahai saudaraku muslim, alangkah dengkinya dan alangkah kejinya

golongan yang keluar dari agama ini, tentang apa yang telah mereka

katakan terhadap manusia pilihan setelah para nabi, yang mana Allah dan

rasul-Nya telah memuji mereka. Dan telah sepakat umat ini atas keadilan

(kelurusan dan keterpercayaan) dan keutamaan mereka. Sejarah dan

kenyataan pun telah membuktikan dan menyaksikan serta perkara-perkara

ini sudah merupakan pengetahuan yang wajib diketahui (oleh setiap umat)

atas kebaikan, dan posisi mereka selalu di depan serta jihad mereka dalam

Islam.

Apa Segi Kesamaan Antara Yahudi dengan Rafidhah?

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah berkata : Bukti dari, sesungguhnya bencana

Rafidhah adalah bencana Yahudi, hal itu terlihat pada :

29 Ketahuilah pembaca budiman : Mereka sendiri telah menjadikan kuburan Kumaini

sebagai tempat yang suci, dan mendirikan di atasnya bangunan seperti Ka'bah sebagai

tandingan Ka'bah kita yang mulia.

30 Miftahul Jinaan, hal : 114. Lihat doa dua berhala Quraisy, insya Allah di edisi ke 15.

31 Tabdiidul Zhilaam wa tanbiihun Niyam, oleh Ibrahim Al Jabhaan, hal : 27.

32 Abbas Al Qummi, (Alkuna wal Alqaab) 2/55.

Page 18

Sesungguhnya orang Yahudi mengatakan : Tidak boleh yang menjadi raja

kecuali dari keluarga nabi Daud, Rafidhah berkata : Tidak boleh menjadi

imam kecuali dari anak Ali.

Yahudi mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai keluar Masehid

Dajjal dan diturunkan pedang. Orang Rafidhah mengatakan : Tidak ada jihad

di jalan Allah sampai keluar Al Mahdi, dan datingnya penyeru menyeru dari

langit.

Orang Yahudi mengakhirkan (mengundurkan) shalat sampai bintang

bertebaran, begitu juga orang Rafidhah mereka mengundurkan shalat

maghrib sampai bintang-bintang bertebaran, padahal hadits mengatakan :

"Senantiasa umatku di atas fitrah, selama mereka tidak mengakhirkan shalat

maghrib sampai bintang bertebaran 33 .

Orang Yahudi telah merubah taurat, begitu juga orang Rafidhah, mereka

telah merubah Al Quran.

Orang Yahudi tidak memandang bolehnya mengusap khuf (sepatu kulit yang

menutupi mata kaki), begitu juga orang Rafidhah.

Orang Yahudi membenci malaikat Jibril, mereka mengatakan : Malaikat Jibril

adalah musuh kita dari kalangan malaikat. Begitu juga orang Rafidhah,

mereka mengatakan : Malaikat Jibril telah salah menyampaikan wahyu

kepada Muhammad 34 .

Begitu juga orang Rafidhah meyerupai orang kristen pada satu ajaran

nasrani yaitu, wanita-wanita mereka tidak memiliki hak mendapatkan mahar,

akan tetapi hanya bersenang-senang dengan mereka dengan kesenangan,

33 Hadits diriwayatkan oleh : Imam Ahmad : 4/147. 5/417, 422, Abu Daud, no : 418, dan

Abnu Majah, no : 689, di dalam jawaid dikatakan : sanadnya hasan (baik).

34 Ada juga suatu kelompok yang mengatakan yang aneh-aneh, mereka mengatakan :

sesungguhnya Jibril telah berkhianat, dimana ia menyampaikan wahyu kepada Nabi

Muhammad, sedangkan yang lebih utama dan lebih berhak terhadap risalah adalah Ali

bin Abi Thalib, oleh karena inilah mereka mengatakan : telah berkhianat Amiin

(malaikan jibril) dan ia telah menghalang risalah sampai ke Haidari (Ali).

Wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menuduh Jibril Alaihi

salam telah berkhianat, sedangkan Allah telah menyifatinya dengan amanah (terpercaya),

sebagaimana Allah telah berfirman : Telah dibawa oleh Ruhul Amiin (malaikat Jibril),

dan firman-Nya : selalu taat kemudian terpercaya". Apakah yang akan anda katakan

wahai muslin terhadap keyakinan yang diimani oleh orang-orang rafidhah ini?

Page 19

begitu juga orang Rafidhah, mereka menikah dengan cara mut'ah, dan

mereka menghalalkan itu.

Orang yahudi dan kristen lebih utama dari orang Rafidhah dengan satu sifat

(yaitu) :

Orang yahudi jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan

pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Musa.

Orang Kristen jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan

pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah Hawari (sahabat-sahabat)

Isa.

Orang rafidhah jika ditanya : siapakah orang yang terburuk di kalangan

pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat

Muhammad. 35

Apa Akidah Orang Rafidhah Terhadap Para Imam Mereka?

Rafidhah mendakwakan kema'suman (terjaga dari dosa) bagi para imam,

dan bahwasanya mereka mengetahui hal ghaib. Dinukil oleh Al Kulaini dalam

Usulul Kafi : "Telah berkata Imam Ja'far as Shodiq : "Kami adalah

perbendaharaan ilmu Allah, kami adalah penterjemah perintah Allah, kami

adalah kaum yang maksum, telah diperintahkan untuk menta'ati kami, dan

dilarang untuk menentang kami, kami adalah hujjah Allah yang kuat

terhadap siapa yang berada di bawah langit dan di atas bumi" 36 .

Al Kulaini meriwayatkan di Al Kafi : Bab "Sesungguhnya para imam, jika

mereka berkehendak untuk mengetahui, maka mereka pasti

mengetahuinya". Dari Jafar ia berkata : "Sesungguhnya Imam jika ia

berkehendak mengetahui, maka ia pasti mengetahui, dan sesungguhnya

35 Mihaajul Sunnah, oleh syeikhul Islam Ibnu Taimiyah : 1/24.

36 Usulul_Kafi, hal : 165. (mari kita simak apa firman Allah yang menerangkan tentang

sifat nabi Muhammad, Allah berfirman dalam surat Al An'am ayat 50 : (artinya) :

"Katakanlah : "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada

padaku, dan tidak (pula) aku mengatakan yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan

kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang

diwahyukan kepadaku.."(pent).

Page 20

para imam mengetahui kapan mereka akan mati, dan sesungguhnya mereka

tidak akan mati kecuali dengan pilihan mereka sendiri." 37

Khumaini yang celaka menyebutkan - dalam salah satu tulisannya bahwa

para imam lebih afdhal (mulia) dari para nabi dan rasul, ia berkata - semoga

Allah menghinakannya : "Sesungguhnya imam-imam kita mempunyai suatu

kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang didekatkan, dan tidak

pula oleh nabi yang diutus" 38 .

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : "Orang Rafidhah mendakwakan

sesungguhnya agama ini diserahkan kepada pendeta-pendeta dan rahib-

rahib, maka yang halal itu adalah yang dihalalkan mereka, dan yang haram

itu adalah yang diharamkan mereka, serta agama itu adalah apa yang

mereka syariatkan". 39

Jika pembaca ingin melihat kekufuran, kesyirikan dan ghuluw (sikap

berlebih-lebihan mereka) -semoga Allah melindungi kita- maka bacalah

syair-syair yang diungkapkan oleh syeikh mereka zaman sekarang ini yaitu

Ibrahim Al Amili, terhadap Ali bin Abi Thalib -semoga Allah meridhai Ali- :

Abu hasan, engkaulah hakikat Tuhan (yang diibadati),

dan alamat kekuasaan-Nya yang tinggi.

Engkaulah yang menguasai ilmu ghaib,

maka mungkinkah tersembunyi bagimu akan sesuatu yang hasul.

Engkaulah yang mengendalikan poros alam,

bagimu para ulamanya yang tinggi.

37 Usulul_Kafi, di dalam kitabul Hujjah : (1/258). (mengetahui mati dan di mana akan

mati itu adalah rahasia yang tidak diketahui kecuali hanya Allah semata, Allah berfirman

dalam surat Lukman ayat 34, (artinya) : "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya

sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan dan

mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yagn dapat mengetahui

(denga pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat

mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahi lagi

Maha Mengenal." (pent)

38 Hukumatul Islamiyah, Khumaini, (berarti para imam mereka lebih mulia dari

Rasulullah sendiri, apakah perkataan seperti ini boleh keluar dari mulut seorang muslim

yang memeluk agama Islam???? pent)

39 Minhajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah (1/482).

Page 21

Bagimu amar (urusan) bila engkau menghendaki, kau menghidupkan

besok,

bila engkau menghendaki kau cabut ubun-ubun.

Ali bin Sulaiman Al Mazidi mengutarakan syairnya dalam memuji Ali bin Abi

Thalib :

Abu Hasan engkaulah suami orang yang suci,

Dan (engkaulah) sisi tuhan yang diibadati serta jiwa rasul.

Dan (engkaulah) pernama kesempuranaan dan matahari akal,

(engkau) Hamba dari tuhan, dan engkaulah yang Maha Raja.

Engkau dipanggil oleh nabi di hari kadir,

Dan telah menaskan atas dirimu sesuai dengan kejadian Ghadir

Bahwasanya engkau bagi kaum mukminin adalah amir (pemimpin),

dia telah mengkalungkan kepadamu buhul kekuasaannya.

Kepadamulah kembalinya seluruh perkara,

dan engkaulah yang maha mengetahui dengan kadungan dada.

Engkaulah yang akan membangkitkan apa yang ada dalam kubur

Bagimulah pengadilan hari kiamat berdasarkan kepada nas.

Engkaulah yang maha mendengar dan engkaulah yang maha melihat

Engkau atas setiap sesuatu maha mampu.

Kalaulah tidak karena engkau, pasti bintang tidak berjalan

Kalaulah tidak karena engkau, pasti planet tidak berputar.

Engkaulah, dengan setiap makhluk mengetahui,

Engkaulah yang berbicara dengan ahli kitab.

Kalaulah tidak karena engkau, tidak mungkin musa

akan diajak berbicara, Maha suci Dzat yang telah menciptakanmu

Engkau akan melihat rahasia namamu di jagat raya,

Kecintaan terhadap dirimu seperti matahari di atas kening.

Kebencian terhadap dirimu di wajah orang yang membenci,

Bagaikan peniup api, maka tidak akan beruntung yang membencimu.

Siapa itu yang telah ada, dan siapa itu yang ada,

Tidak para nabi dan tidak (pula) para rasul,

Tidak (pula) qalam lauh dan tidak (pula) alam semesta,

(kecuali) Seluruhnya adalah hamba-hamba bagimu.

Wahai Abu Hasan wahai yang mengatur wujud,

Page 22

(wahai) goa orang yang terusir, dan tempat berlindung pendatang.

yang memberi minum pengagungmu pada hari berkumpul (hari

kiamat).

orang yang mengingkari hari berbangkit, adalah orang yang

mengingkarimu.

Wahai Abu Hasan wahai Ali yang gagah.

Kesetiaan padamu bagiku di dalam kuburku sebagai tanda penunjuk,

Namamu bagiku dalam keadaan sempit merupakan lambang

Dan kecintaan kepadamu adalah yang memasukkanku ke dalam

surgamu

Dengan lantaran dirimu kemulian yang ada pada diriku.

Bila datang perintah Tuhan yang Maha Mulia

Menyeru penyeru, berangkat-berangkat (kematian-kematian).

Dan tidaklah mungkin engkau akan meninggalkan orang yang

berlindung denganmu.

Apakah syi'ir seperti ini diucapkan oleh seorang muslim yang memeluk

agama Islam?, Demi Allah, bahkan sesungguhnya orang-orang jahiliyah

(Kafir) sekalipun belum pernah jatuh dalam kesyirikan dan kekufuran, terlalu

muja-muji / ghuluw seperti yang diperbuat oleh orang rafidhah celaka ini. 40

Apa Akidah Raj'ah Yang Diimani Oleh Orang Rafidhah?

Orang Rafidhah telah membuat bidah raj'ah, berkata Al Mufid : "Telah

sepakat mazhab imamiyah atas wajibnya terjadi raj'ah di kebanyakan dari

para orang yang telah mati" 41 . Yaitu (yang mereka maksudkan dengan raj'ah

ini) bangkitnya penutup imam-imam mereka, yang bernama Al Qaaim pada

akhir zaman, ia keluar dari bangunan di bawah tanah, lalu menyembelih

seluruh musuh-musuh politiknya, dan mengembalikan kepada syiah hak-hak

40 Penterjemah melihat sendiri bagaimana cara mereka membaca syair-syair di kuburan

baqi' (madinah), dibacakan dan dinyanyi-nyanyikan oleh kepala regunya, yang lain

menangis dan merapat seperti orang Yahudi meratap di depan dinding mesjid Aqsha.

41 Awaailul Maqaalaat, oleh Al Mufiid, Hal : 51.

Page 23

mereka yang dirampas oleh kelompok-kelompok lain sepanjang masa (yang

telah berlalu) 42 .

Berkata sayid Al Murtadho di dalam kitabnya "Al Masail An Nashiriyah" :

"Sesungguhnya Abu Bakr dan Umar disalib pada saat itu di atas suatu pohon

di zaman Al Mahdi -yakni imam mereka yang kedua belas- yang mereka beri

nama Qaaim Ali Muhammad (penegak keluarga Muhammad), dan pohon itu

pertamanya basah sebelum penyaliban, lalu menjadi kering setelahnya 43 .

Berkata Al Majlisi di dalam Kitab "Haqul Yakin" dari Muhammad Al Baqir

(berkata) : "Jika Al Mahdi telah keluar, maka sesungguhnya ia akan

menghidupkan 'Aisyah Ummul Mukminin dan ia melaksanakan

(menjatuhkan) hukum had (hudud) atas diri Aisyah". 44

Kemudian bagi mereka pemahaman raj'ah ini berkembang, dan mengatakan

(berlakunya) raj'ah (kembali hidup) seluruh orang syiah dan imam-imam

mereka dan seluruh musuh mereka bersama imam-imam mereka. Akidah

khurafat ini mengungkapkan rasa dengki yang tersembunyi di dalam diri

mereka, yang mereka mengungkapkan rasa dengki itu dengan cerita

dongeng seperti ini. Dan adalah keyakinan ini merupakan sarana (jembatan)

yang diambil oleh orang-orang Sabaiyah untuk mengingkari hari akhirat.

Apa Akidah Taqiyah Menurut Orang Rafidhah?

Taqiyah didefinisikan oleh salah seorang ulama mereka zaman sekarang

dengan ucapannya : "Taqiyah yaitu kamu mengatakan atau melakukan

(sesuatu), berlainan dengan apa yang kamu yakini 45 ; untuk menolak bahaya

dari dirimu atau hartamu atau untuk menjaga kehormatanmu" 46 . Bahkan

mereka mendakwakan bawah sesungguhnya Rasulullah telah melakukannya

42 Al Khuthuthul 'Ariidhah, oleh Muhibbudin Al Khatiib, hal : 80.

43 Awaailul Maqaalaat, oleh syeikh mereka yang bergelar Al Mufiid, Hal : 95.

44 Haqul Yakiin, oleh Muhammad Al Baqir Al Majlisi, hal : 347.

45 Inilah hakikat kemunafikan, yaitu menampakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dibatin, atau menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Dengan

kata lain, takiyah / nifak itu adalah lain di mulut lain di hati. Itulah akidah orang syiah,

maka hati-hatilah dari tipu muslihat mereka, (pent).

46 As Syi'ah fil Mizaan, oleh Muhammad Jawaad Mughniyah, hal : 48.

Page 24

(Taqiyah) tatkala Abdullah bin Ubai bin Salul kepala orang-orang munafik

meninggal, dimana beliau datang untuk menyolatkannya, lalu Umar berkata

kepadanya : Tidakkah Allah telah melarangmu dari hal itu? -yakni berdiri di

atas kuburan munafik ini-, lalu Rasulullah menjawabnya : "Celaka kamu,

kamu tidak tahu apa yang saya ucapkan : sesungguhnya saya

mengucapkan : Ya Allah isilah perutnya dengan api, dan penuhilah

kuburannya dengan api dan selalulah api membakar dirinya ". 47

Lihatlah wahai saudaraku muslim, bagaimana mereka telah menyandarkan

kepada diri Rasulullah kedustaan. Apakah masuk akal, bahwa para sahabat

Rasulullah mendoakan rahmat untuknya (Abdullah bin Ubai), sedangkan Nabi

melaknatnya?

Al Kulaini menukilkan di usul Kafi : " Berkata Abu Abdillah: "wahai Abu Umar

sesungguhnya sembilan per sepuluh (sembilan puluh persen) agama ini

terletak pada (akidah) taqiyah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak

melakukan taqiyah, taqiyah ada pada setiap sesuatu kecuali di nabidz

(korma yang direndam dalam air untuk membuat arak) dan di dalam

menyapu atas khuuf (kaus atau kulit kulit)." Dan dinukilnya juga dari Abi

Abdillah ia berkata : "Jagalah agama kalian dan tutuplah agama itu dengan

taqiyah, karena tidak ada iman bagi orang yang tidak mempunyai taqiyah." 48

Maka orang Rafidhah memandang taqiyah itu adalah fardu (wajib), tidak

akan berdiri mazhab ini kecuali dengan taqiyah, dan mereka menerima

pokok-pokok mazhab secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.

Mereka selalu melaksanakannya taqiyah itu terlebih-lebih, bila konsisi yang

sulit telah mengepung mereka, maka hati-hatilah dari orang Rafidhah wahai

kaum muslimin.

Apa Keyakinan At-thiinah (Tanah) Yang Diimani Oleh Orang

Rafidhah?

47 Furuu'ul Kafii, kitab AL Janaaiz, hal : 188.

48 Usuulul Kafii, hal : 482-483.

Page 25

Yang dimaksud dengan at thiinah (tanah) menurut orang Rafidhah adalah

tanah perkuburan Husain "radhiallhu ‘anhu-. Salah seorang dari orang-orang

sesat mereka yang bernama Muhammad An Nu’man Al Haritsi yang bergelar

dengan "Syeikh Al Mufid", menukilkan di kitabnya "Al Mazaar" dari Abi

Abdillah ia berkata : "Di tanah perkuburan Husain terdapat obat untuk segala

penyakit dan ia merupakan obat yang paling besar (ampuh)".

Berkata Abdullah : "Oleskanlah di mulut bayi kalian tanah (perkuburan)

Husain"

Ia berkata : Telah dikirim kepada Abi Hasan Al Ridha dari negeri Khurasan

sebuah bungkusan kain di antaranya terdapat segumpal tanah, maka

dikatakan kepada utusan itu : Apa ini? Ia berkata : Tanah perkuburan

Husain, tidaklah ia mengirim sedikitpun dari bungkusan kain atau lainnya,

kecuali ia meletakkan di dalamnya tanah itu, dan berkata tanah itu

pengaman insya Allah. Dikatakan kepadanya : Sesungguhnya seorang laki-

laki bertanya kepada Shadiq tentang pengambilannya akan tanah

perkuburan Husain, maka Shodiq menjawab : "Apa bila kamu mengambilnya

maka ucapkanlah : "Ya Allah sesungguhnya saya meminta kepadamu

disebabkan oleh hak malaikat yang telah mengenggamnya (tanah ini), dan

meminta kepadamu, disebabkan oleh hak Nabi yang telah menyimpannya,

dan oleh hak Al Washi (Ali) yang telah bersatu di dalamnya agar Engkau

melimpahkan Shalawat kepada Muhammad dan atas keluarga Muhammad

dan agar Engkau menjadikannya obat penawar untuk seluruh penyakit, dan

pengaman dari seluruh ketakutan, dan penjaga dari seluruh kejahatan.

Abu Abdillah ditanya tentang penggunaan dua jenas tanah dari perkuburan

Hamzah dan pekuburan Husain serta mana yang paling utama diantara

keduanya, maka ia berkata : "Tasbih yang dibuat dari tanah perkuburan

Husain akan bertasbih (sendirinya) ditangan, tanpa (pemiliknya) bertasbih." 49

Sebagaimana orang Rafidhah mendakwakan, sesungguhnya orang syi’ah

tercipta dari tanah yang khusus dan orang Sunni tercipta dari tanah yang

lain, lalu terjadilah pengadukkan antara kedua tanah tadi dengan cara

tertentu, maka apa-apa yang terdapat pada orang syiah dari kemasiatan dan

49 Kitab Al Mazaar, oleh syeikh mereka yang bergelar "Syeikh Al Mufid" hal : 125.

Page 26

kejahatan, maka itu merupakan pengaruh dari tanah sunni, dan apa-apa

yang terdapat pada orang sunni dari kebaikan dan anamah, maka itu

disebabkan oleh pengaruh tanah syi’ah. Dan apabila pada hari Kiamat nanti,

maka kejelekan dan dosa-dosa orang syi’ah diletakkan di atas Ahli Sunnah,

dan kebaikan (pahala) Ahli Sunnah akan diberikan kepada orang syi’ah. 50

Apa Akidah Orang Rafidhah Terhadap Ahli Sunnah?

Akidah orang Rafidhah berdiri di atas penghalalan harta dan darah ahli

sunnah. Al Shoduq di kitab (Al ‘Ilal) meriwayatkan dengan sanadnya kepada

Daud bin Farqad, ia berkata : "Saya telah berkata kepada Abi Abdillah : Apa

yang anda katakan terhadap An Naashib (Ahli Sunnah), ia berkata :

"Darahnya halal, akan tetapi saya bertaqiyah atasmu, jika kamu mampu

untuk membalikkan dinding atas dirinya (ahli sunnah) atau

menenggelamkannya di laut, agar ia tidak akan bersaksi atas dirimu, maka

lakukanlah. Saya berkata : Apa pandanganmu di hartanya? Ia menjawab :

"Ambillah semampumu". 51

Bahkan orang syi’ah Rafidhah memandang, bahwa kekafiran Ahli Sunnah

lebih berat dari kekafiran orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka (Yahudi

dan Nasrani) menurut Rafidhah orang-orang kafir asli, dan mereka ini (ahli

sunnah) adalah kafir murtad, dan kafir murtad lebih berat menurut ijma’,

oleh karena itu mereka (mau) berkerja sama dengan orang-orang kuffar

untuk melawan kaum muslimin, hal itu seperti yang disaksikan oleh

sejarah. 52

Terdapat di dalam kitab "Wasaail As Syi’ah" (diriwayatkan) dari Al Fudhail bin

Yasaar, ia berkata : saya telah bertanya kepada Abu Ja’far tentang wanita

‘Arifah (yakni wanita bermazhab Rafidhah) apakah saya menikahkannya

50 ‘Ilal-As Syaraai’ hal : 490-491, Bihar Al Anwar : 5/247-248.

51 Al Mahasin An Nafsaaniyah, Hal : 166.

52 Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : "Sesungguhnya orang Rafidhah berkerjasama

dengan orang-orang Tatar tatkala orang Tatar menyerang negeri kaum Muslimin. (Fatawa

: 35/151). Lihatlah kitab :Kaifa Dakhalat Tatar Bilaadal Muslimin (Bagaimana orang

Tatar (bisa) masuk ke negeri kaum muslimin) oleh Dr. Sulaiman bin Hamd Al Audah.

Page 27

dengan An Nashib (ahli Sunnah)? Maka ia berkata : "Tidak; karena Nashiba

(ahli sunnah ) orang kafir." 53

An Nawasib (orang-orang An Nasib) menurut pemahaman Ahli sunnah adalah

mereka yang membenci Ali bin Abi Thalib "radhiallahu ‘anhu-, akan tetapi

menurut orang Rafidhah, mereka menamakan Ahli sunnah dengan Nawashib

(An Nashib), karena mereka mendahulukan keimaman Abu Bakr, dan Umar

dan Utsman atas Ali, padahal sesungguhnya mengutamakan Abu Bakr dan

Umar atas diri Ali telah terjadi sejak zaman Nabi, dalilnya perkataan Ibnu

Umar : "Adalah kami di zaman rasulullah memilih di antara sahabat siapa

yang terbaik, maka kami memilih (orang yang terbaik) Abu Bakr, kemudian

Umar kemudian Utsman". (H.R. Bukhari), dan ditambah oleh At Thabrani di

Kitab "Mu’jam Al Kabir" : Nabi pun mengetahui hal yang demikian dan tidak

mengingkarinya". Dan bagi Ibnu Asaakir : "Adalah kami mengutamakan Abu

Bakr, dan Umar, dan Utsman dan Ali".

Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib sesungguhnya

ia berkata : "Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakr,

kemudian Umar, kalau aku berkehendak pasti aku telah menyebutkan orang

yang ketiga". Berkata Adz Dzahabi : Ini (Hadits ini) Mutawatir." 54

Apa Keyakinan Orang Rafidhah Tentang Nikah Mut'ah? Dan Apa

Keutamaannya Menurut Mereka?

Nikah mut'ah mempunyai keutamaan yang agung sekali di sisi orang

Rafidhah -Al'iyaadzu billah-. Tercantum dalam kitab "Manhaj As Shodiqin"

karangan Fathullah Al Kaasyaani dari As Shodiq (menerangkan) bahwasanya

nikah mut'ah itu adalah dari ajaran agamaku dan agama bapak-bapakku,

dan orang yang melaksanakannya berarti dia mengerjakan ajaran agama

kita, dan orang yang mengingkarinya berarti dia mengingkari ajaran agama

kita, bahkan ia memeluk agama lain dari agama kita. Dan anak (hasil) nikah

mut'ah lebih mulia dari anak istri yang tetap. Orang yang mengingkari nikah

mut'ah adalah kafir murtad." 55

53 Wasaail As Syi’ah, oleh Al Hur Al ‘Amili (7/431), At Tahdzib (7/303).

54 At Ta’liiqaat ‘Ala Matan Lum’atil ‘Itiqaad, oleh Syeikh kita Al Allamah Abdullah bin

Jibrin "semoga Allah menjaganya-, hal : 91.

55 Manhaj As Shodiqiin, karangan Mulla Fathullah al Kasyaani, hal : 356.

Page 28

Al Qummi menukilkan di dalam kitab "Man Laa Yahduruhu Al Faqiih" dari

Abdulah bin Sinan dari Abi Abdillah, ia berkata : "Sesungguhnya Allah

Tabaraka wa Ta'ala telah mengharamkan atas golongan kita setiap yang

memabukkan dari sertiap minuman, dan telah mengganti mereka dari hal itu

dengan nikah mut'ah". 56

Orang Rafidhah tidak pernah menyaratkan (membatasi) bilangan tertentu

dalam nikah mut'ah. Tercantum dalam kitab "Furuu' Al Kafi" dan At Tahdziib"

dan "Al Istibshoor" dari Zaraarah, dari Abi Abdillah, ia berkata : "Saya telah

menyebutkan kepadanya akan nikah mut'ah apakah nikah mut'ah itu

(terjadi) dari empat (yang dibolehkan), ia berkata : nikahilah dari mereka-

mereka (para wanita) seribu, sesungguhnya mereka-mereka itu adalah

wanita yang disewa (dikontrak). Dan dari Muhammad bin Muslim dari Abi

Ja'far sesungguhnya ia berkata tentang nikah mut'ah : "Bukan nikah mut'ah

itu (dilakukan) dari empat (istri yang dibolehkan), karena ia (nikah mut'ah)

tidak ada talak, tidak mendapat warisan, akan tetapi ia itu hanyalah

sewaan". 57

Bagaimana mungkin ini, padahal Allah telah berfirman :

Artinya : "Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali

terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka

sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa

mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang

melampaui batas". (Al Mukminun : 5-7).

Maka jelaslah dari ayat yang mulia ini bahwa sesungguhnya apa yang

dihalalkan dari nikah adalah istri dan budak perempuan yang dimiliki, dan

diharamkan apa yang lebih dari (selain) itu. Wanita yang dimut'ah adalah

wanita sewaan, maka ia bukanlah istri (yang sah), dan ia tidak bisa

mendapatkan warisan dan tidak bisa ditalak, jadi dia itu adalah pelacur /

wanita pezina -waliyaadzubillah-. Syeikh Abdullah bin Jibriin berkata : "Orang

Rafidhah berdalih dalam menghalalkan nikah mut'ah dengan ayat di surat An

Nisa' yaitu firman Allah:

Artinya : "Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang

bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah

56 "Man Laa Yahduruhu Al Faqiih", hal : 330.

57 Al Furuu' min Al Kafii, (2/43), dan kitab " At Tahdziib" (2/188).

Page 29

menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan

dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri

dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri

yang telah kamu nikmati (campur) di antara mereka, berikanlah

kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

kewajiban;". (An Nisa : 24).

Jawab : Sesungguhnya ayat ini semuanya dalam masalah nikah; dari firman

Allah ayat 19 di surat An Nisa sampai 23, setelah Allah menyebutkan wanita-

wanita yang haram dinikahi karena nasab dan sebab, kemudian Allah

berfirman :

Artinya : "Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian."

Maksudnya dihalalkan bagimu menikahi selain wanita-wanita (yang

disebutkan tadi) bila kamu menikahi mereka untuk bersenang-senang yaitu

bersetubuh yang halal, maka berikanlah mahar mereka yang telah kamu

wajibkan untuk mereka, dan jika mereka mengugurkan sesuatu dari mahar-

mahar itu berdasarkan dari jiwa yang baik (keridhoan hati), maka tidak

mengapa atas kamu dalam hal itu. Beginilah ayat ini ditafsirkan oleh jumhur

(mayoritas) sahabat dan orang-orang setelah mereka 58 .

Bahkan di sisi (menurut) orang Rafidhah perkaranya telah sampai

menghalalkan menyetubuhi wanita di lubang anusnya. Tercantum dalam

kitab "Al Istibshoor" dari Ali bin Al Hakam ia berkata : "Saya telah

mendengar Shofwan berkata : "Saya telah berkata kepada Al Ridha :

Sesungguhnya seorang laki-laki dari budak-budakmu memerintahkan saya

untuk menanyakan kepadamu akan suatu masalah, maka dia takut dan malu

58 Dari perkataan Syeikh Ibnu Jibrin semoga Allah mengangkat darajatnya, adapun dalil

dari Sunnah dalam mengharamkan nikah mut'ah adalah hadits Ar Rafi' bin Sirah Al

Juhani, sesungguhnya bapaknya menceritakan kepadanya bahwa sesungguhnya ia

(bapaknya) bersama rasulullah, maka beliau bersabda : wahai Manusia sesungguhnya

saya pernah mengizinkan untuk kalian bersenang-senang dengan perempuan (nikah

mut'ah), dan sesungguhnya Allah sungguh telah mengharamkan hal itu (nikah mut'ah)

sampai hari Kiamat, barangsiapa yagn memiliki seseorang wanita darinya maka

hendaklah ia melepaskannya, dan janganlah kalian mengambil sedikitpun dari apa yang

telah kalian berikan kepadanya." (H.R. Muslim no : 1406).

Page 30

kepadamu untuk menanyakanmu, ia berkata : apa itu? Ia berkata : Apakah

boleh bagi laki-laki untuk menyetubuhi wanita (istrinya) di lubang anusnya?

Ia menjawab : Ya, hal itu boleh baginya" 59 .

Apa Keyakinan Orang Rofidhah Terhadap Najaf Dan Karbala? Dan Apa

Keutamaan Menziarahinya Menurut Mereka?

Orang syi'ah sungguh telah menjadikan tempat-tempat perkuburan imam-

imam mereka baik imam dakwaan mereka belaka atau hakiki, sebagai

tempat yang haram dan suci (seperti maram Makkah) : maka kota Kufah

adalah haram, Karbala haram, Qum haram. Dan mereka meriwayatkan dari

As Shidiq : "Sesungguhnya Allah memiliki haram yaitu kota Mekkah, dan

Rasulullah memilik haram yaitu kota Madinah, dan Amirul mukminin memiliki

haram yaitu kota Kufah dan kita memiliki haram yaitu Qum.

Karbala menurut mereka lebih afdhol (utama) dari Ka'bah. Hal ini tercantum

dalam kitab "Al Bihaar" dari Abi Abdillah bahwasanya ia berkata :

"sesungguhnya Allah telah mewahyukan ke Ka'bah; kalaulah tidak karena

tanah Karbala, maka Aku tidak akan mengutamakanmu, dan kalaulah tidak

karena orang yang dipeluk oleh bumi Karbala (Husain), maka Aku tidak akan

menciptakanmu, dan tidaklah Aku meciptakan rumah yang mana engkau

berbangga dengannya, maka tetap dan berdiamlah kamu, dan jadilah kamu

sebagai dosa yang rendah, hina, dina, dan tidak congkak dan sombong

terhadap bumi Karbala, kalau tidak, pasti Aku telah buang dan lemparkan

kamu ke dalam Jahanam. 60

Dan tercantum juga di dalam kitab "Al Mazaar" karangan Muhammad An

Nu'man yang diberi gelar dengan syeikh Mufid, di dalam Bab "Ucapan saat

berdiri di atas kuburan" yaitu orang yang menziarahi kuburan Husain

mengisyaratkan dengan tangan kanannya sambil mengucapkan doa yang

panjang, diantaranya :

"Saya datang berziarahmu, untuk mencari keteguhan kaki di dalam berhijrah

kepadamu, dan sungguh saya telah meyakini bahwasanya Allah Jalla

Tsanaauhu, dengan lantaranmu Dia melapangkan kesulitan, dan dengan

lantaranmu Dia menurunkan Rahmat, dan dengan lantaranmu Dia menahan

59 Al Istibshoor, (3/243).

60 Kitab Al Bihaar : (10/107)

Page 31

bumi yang jatuh bersama penduduknya, dengan lantaramu Allah

mengokohkan gunung-gunung di atas pondasinya, dan sungguh saya telah

menghadap (munajat) kepada Rabbku, bahwa dengan lantaranmu wahai

tuanku untuk menyelesaikan hajat kebutuhan dan keampunan dosa-dosaku."

Dan tercantum dalam kitab "Al Mazaar" tentang keutamaan kota Kufah, dari

Ja'far Al Shodiiq ia berkata : "Tempat yang paling mulia (utama) setelah

haram Allah dan haram rasul-Nya adalah kota Kufah, karena kota Kufah Suci

bersih, di sana terdapat kuburan para nabi dan rasul dan ahli wasiat yang

jujur, dan di sana terlihat keadilan Allah, dan di sana datang Qaimah

(penegak) dan pengegak-penegak setelahnya, Kota Kufah itu tempat

turunnya para nabi dan ahli wasiat serta orang-orang yang sholeh 61 .

Lihatlah wahai pembaca yang budiman, bagaimana mereka itu jatuh dalam

kesyirikan, karena mereka meminta kepada selain Allah dalam

menyelesaikan dan memenuhi hajat kebutuhan, meminta dan memohon

pengampunan dosa-dosa kepada manusia, bagaimana mungkin hal itu

terjadi, sedangkan Allah telah berfirman :

"Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah" (Ali

Imran : 135).

Kita berlindung dengan Allah dari perbuatan syirik.

Apa Segi Perbedaan Antara Syi'ah Rafidhah Dengan Ahli Sunnah?

Berkata : Nizhomuddin Muhammad Al 'Azhomi di dalam mukaddimah buku

"Syiah dan Nikah Mut'ah" : Sesungguhnya perbedaan antara kita dengan

mereka bukanlah terpokus di perbedaan cabang-cabang fikih, seperti

masalah nikah mut'ah saja, sama sekali tidak, sesungguhnya perbedaan itu

pada dasarnya adalah perbedaan dalam masalah pokok-pokok prinsip, ya..

perbedaan dalam akidah terpokus di beberapa point dibawah ini :

1. Rafidhah mengatakan sesungguhnya Al Quran dirubah (diselewengkan)

dan kurang.

61 Kitab Al Mazaar, karangan Muhammad An Nu'man yang diberi gelar dengan syeikh

Mufid, hal : 99.

Page 32

Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan : Sesungguhnya Al Quran adalah

kalamullah lengkap tanpa ada kekurangan, tidak pernah dan tidak akan

dihinggapi oleh penukarbalikan, mengurangan dan perubahan sampai Allah

mewariskan bumi ini dan orang-orang yang ada di atasnya (hari Kiamat),

sebagaimana Allah berfirman:

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. 15:9)

2. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para sahabat Rasulullah terkecuali

beberapa orang, telah murtad setelah rasulullah wafat, dan mereka berbalik

180 derajat, dan mereka mengkhianati amanah dan agama, terutama tiga

orang khalifah; As Shidiq (Abu Bakr), Al Faruq (Umar) dan Dzu Nurain

(Utsman), oleh karena itu mereka yang bertiga ini menurut mereka

(Rafidhah) adalah termasuk orang yang paling bersangatan kekufuran,

kesesatan dan kesalahannya.

Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan sesungguhnya para sahabat

Rasulullah adalah sebaik-baik manusia setelah para nabi, dan sesungguhnya

mereka itu adalah adil (istiqomah) seluruhnya, tidak pernah sengaja

berdusta atas nabi mereka, mereka orang-orang yang terpercaya dalam

menukilkan berita.

3. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para imam adalah imam-imam

Rafidhah yang dua belas yang ma'shum (terjaga dari dosa), mereka

mengetahui hal ghaib, dan mengetahui seluruh ilmu yang dikeluarkan

(diajarkan) kepada para malaikat, para nabi dan para rasul, dan

sesungguhnya mereka mengetahui ilmu yang terdahulu dan sekarang, dan

tidak ada yang tersembunyi bagi mereka sesuatu apapun, dan sesungguhnya

mereka mengetahui seluruh bahasa alam semesta, dan sesungguhnya

seluruh bumi ini adalah milik mereka.

Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan, sesungguhnya mereka itu adalah

manusia biasa seperti manusia-manusia lainnya, tiada perbedaan antara

mereka, diantara imam-imam itu adalah ahli fikih, ulama dan khalifah, dan

kita tidak menisbahkan kepada mereka apa yang tidak pernah mereka

Page 33

katakan terhadap diri mereka sendiri, bahkan kita berlepas diri darinya dan

mereka pun (para imam) berlepas diri dari hal itu. 62

Apa Keyakinan Orang Rafidhah Pada Hari Asyura (Sepuluh

Muharram) Dan Apa Keutamaannya Menurut Mereka?

Sesungguhnya Rafidhah mengadakan perayaan dan perkumpulan dan

ratapan tangis, mereka melakukan demonstrasi di jalan-jalan dan di

lapangan-lapangan umum. Mereka memakai pakaian hitam tanda duka cita

dalam memperingati mati syahidnya Husain dengan mengonsentrasikan pada

sepuluh hari pertama dari bulan Muharram di setiap tahun, dengan

keyakinan sesungguhnya perbuatan itu termasuk dari sebaik-baik untuk

mendekatkan diri kepada Allah. Maka mereka memukul-mukul pipi mereka

dengan tangan mereka sendiri, memukul-mukul dada dan punggung mereka.

Mereka merobek-robek baju sambil menangis dan berteriak-teriak dengan

menyeru : wahai Husain, wahai Husain. Terlebih-lebih pada hari ke sepuluh

setiap bulan Muharram, bahkan mereka memukul diri mereka sendiri dengan

rantai besi dan pedang, seperti yang terjadi di negeri-negeri yang dihuni oleh

Rafidhah seperti Iran.

Dan para ulama mereka mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang

bodoh ini dimana hal itu menjadi bahan tawaan semua umat. Sungguh salah

seorang dari pembesar mereka yaitu Muhammad Hasan Alu Kasyif al Ghatha,

telah ditanya tentang apa yang dilakukan oleh pengikut golongannya seperti

menukul dan menampar wajah.... dst, ia berkata : sesungguhnya ini

termasuk dari mengagungkan syiar-syiar Allah 63 :

62 Mukaddimah kitab As- Syi'ah wal Mut'ah, oleh Nizhomuddin Muhammad Al 'Azhomi,

Hal : 6.

63 Perbuatan yang bodoh dan lucu ini dilakukan mereka setiap tahun. Dan ketahuilah

sesungguhnya Nabi telah melarang di dalam hadits yang shahih yang dikeluarkan oleh

Muslim dengan no : 103, melarang menampar wajah (pipi) dan merobek baju..., akan

tetapi orang Rafidhah -semoga Allah mempermalukan mereka- membuang hadits ini

jauh-jauh, karena mereka ini adalah firqah (golongan) yang paling pendusta terhadap

Rasulullah.

Page 34

"Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka

sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati". (QS. 22:32)

Apakah Keyakinan Orang Rafidhah Tentang Bai'at

Orang Rafidhah menganggap setiap pemerintahan selain pemerintahan Itsna

'Asyara (syi'ah Itsna "asyarah / Imammiyah / Rafidhah ) adalah

pemerintahan yang batil (tidak sah). Diriwayatkan di dalam kitab "Al Kaafii"

dengan syarahan (uraian) Al Mazandaraani dan di dalam kitab Al Ghaibah

oleh An Nu'mani, dari Abi Ja'far, ia berkata : "Setiap bendera yang diangkat

(dikibarkan) sebelum bendera Al Qaaim -Mahdinya orang Rafidhah- maka

pemiliknya adalah thoghut" 64 .

Dan tidak boleh menta'ati seorang hakim yang bukan dari Allah, kecuali

dengan cara taqiyah (kemunafikan), penguasa yang absolut dan zholim

tidaklah pantas untuk menjadi pemimpin, dan setiap pemimpin yang bersifat

yang serupa dengan itu. Seluruhnya gelar itu mereka memberikan nama itu

kepada penguasa kaum muslimin yang bukan dari imam-imam mereka,

orang paling utama dari mereka itu adalah khulafaurasyidin -semoga Allah

meridhoi mereka- yaitu : Abu Bakr, Umar dan Utsman.

Tokoh Rafidhah Al Majlisi, dimana ia merupakan salah seorang dari orang-

orang yang sesat dari mereka, pengarang kitab "Bihaarul Anwar", berkata

tentang tiga orang khalifah rasyidin : "Sesungguhnya mereka tiada lain

kecuali perampas yang zholim, murtad dari agama, semoga laknat Allah atas

mereka dan terhadap orang-orang yang mengikuti mereka di dalam

menzholimi ahlu bait dari pertama sampai terakhir" 65 . Inilah yang dikatakan

oleh imam mereka Al Majlisi yang kitabnya dikatagorikan ke dalam reffrensi

mereka (rujukan) yang pokok dan terpenting dalam hadits mengenai umat

yang paling mulia setelah para rasul dan nabi.

Berdasarkan kepada keyakinan mereka terhadap khilifah kaum muslimin,

maka mereka menganggap setiap orang yang bekerjasama dengan mereka

adalah thoghut dan zholim. Al Kulaini meriwayatkan dengan sanadnya dari

64 Kitab "Al Kaafii" dengan syarahan (uraian) Al Mazandaraani, dan lihat kitab Al Bihaar

(25/113).

65 Kitab Al Bihaar oleh Al Majlisi (4/385).

Page 35

Umar bin Hanzholah, ia berkata : "Saya telah bertanya kepada Abu Abdillah

tentang dua orang dari golongan kita, di antara mereka berdua terjadi

perselisihan dalam masalah agama atau harta warisan, lalu mereka berdua

berhukum (minta diselesaikan secara hukum) kepada penguasa dan kepada

hakim, apakah hal itu halal? Ia berkata : barangsiapa berhukum (memintdiselesaikan secara hukum) kepada mereka, dengan kebenaran atau

kebatilan, maka sesungguhnya mereka berhukum kepada thoghut, dan apa

yang telah diputuskan untuknya sesungguhnya yang ia ambil adalah harta

haram, walaupun sebenarnya itu haknya, karena ia telah mengambilnya

dengan hukum thoghut" 66 .

Berkata Khumaini yang celaka -semoga Allah menghukumnya dengan hukum

sepantas dan setimpal- dalam mengomentari pembicaraan mereka ini :

"Imam itu sendiri dilarang untuk merujuk kepada penguasa-penguasa dan

hakim-hakim mereka, dan merujuk kepada mereka dikatagorikan merujuk

kepada thoghut." 67

Apakah Hukum Usaha Mendekatkan Antara Ahli Sunnah Yang Bertauhid

Dengan Rafidhah Yang Musyrik?

Saudaraku pembaca yang budiman, saya cukupkan saja dalam masalah ini,

dengan mencantumkan tulisan dari tulisan-tulisan DR. Nashir AL Qafari di

dalam kitabnya : "Masalah At Taqriib", yaitu tulisan yang ke tujuh, dimana

beliau berkata -semoga Allah menjaganya :

"Bagaimana mungkin mendekatkan antara orang yang mencaci kitab Allah

dan menafsirkannya tidak sesuai dengan tafsirannya, dan mendakwakan

turunnya kitab-kitab ilahi (wahyu) kepada imam-imamnya setelah Al Quranul

Karim?, dan ia memandang keimaman itu adalah kenabian, para imam

baginya seperti para nabi dan bahkan lebih mulia, dan ia menafsirkan

mengibadati Allah semata yang mana itu adalah inti dari misi (ajaran) para

rasul seluruhnya tidak sesuai dengan maknanya yang hakiki, dan

66 Kitab "Al Kaafii" oleh Al Kulaini (1/67), kitab At Tahdziib (6/301) dan kitab Man Laa

Yahsuruhu Al Faqiih : (3/5).

67 Al Hukumaatul Islamiyah, hal : 74.

Page 36

mendakwakan bahwa sesungguhnya ibadah itu adalah ta'at kepada para

imam. dan sesungguhnya syirik kepada Allah adalah mentaati selain mereka

(para imam) bersama mereka, ia mengkafirkan orang-orang yang terbaik

dari para sahabat rasulullah, dan mengkliem seluruh para sahabat dengan

murtad, kecuali tiga atau empat atau tujuh sesaui dengan perbedaan riwayat

mereka. Dan orang ini (orang Syiah) tampil berbeda dengan keganjilan dari

jamaah kaum muslimin dengan masalah-masalah akidah dan keyakinan di

dalam keimaman, kemaksuman (terjaga dari dosa), taqiyah (kemunafikan),

dan mengatakan raj'ah (imam kembali ke dunia), Al qhaibah (menghilangnya

As Kaari) dan Al Bada' 68 ." 69

Apakah Perkataan Para Imam Terdahulu Dan Belakang Tentang

Rafidhah (Syi'ah)?

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah telah berkata: "Dan sungguh telah sepakat ahli

ilmu dalam bidang naqal, riwayat dan sanad, bahwasanya Rafidhah adalah

yang paling pendusta dari kalangan kelompok-kelompok (yang sesat),

berbohong terdapat dalam diri mereka sudah sejak lama, oleh karena inilah

para imam-imam Islam memtitelkan keistimewaan mereka dengan sering

(banyak) berdusta.

Asyhab bin Abdul Aziz telah berkata : Imam Malik telah ditanya tentang

Rafidhah, maka beliau menjawab : Janganlah kamu berbicara dengan

mereka, dan janganlah mengambil riwayat dari mereka, sesungguhnya

mereka itu orang-orang yang berdusta (pembohong).

Dan berkata Imam Malik : orang yang mecaci maki para sahabat Rasulullah,

maka ia tidak berhak mendapatkan nama, atau tempat di dalam Islam.

Berkata Ibnu Katsir di dalam firman Allah :

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama

dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang

sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia

68 Defenisi ini lihat kembali edisi-edisi yang telah berlalu, diantaranya edisi : 2, 6 dan 7.

69 "Masalah At Taqriib" DR. Nashir AL Qafari (2/302).

Page 37

Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka

mereka dari bekas sujud.Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat

dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman

mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman

itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang

mu'min)". (Al Fath : 29).

"Dari ayat ini, maka Imam Malik menyimpulkan di dalam satu riwayat

darinya, dengan mengkafirkan orang-orang rafidhah dimana mereka

membenci para sahabat, beliau berkata : "Karena para sahabat

menjengkelkan hati mereka (orang-orang rafidhah), barangsiapa yang

dijengkeli oleh para sahabat maka ia adalah kafir oleh ayat ini".

Al Qarthubi telah berkata : "Sungguh Imam Malik telah berbuat baik dalam

ucapannya dan ia telah benar dalam menafsirkannya, maka barangsiapa

mencela seorang saja dari mereka atau mencela riwayatnya maka ia

sungguh telah membantah Allah Rabb semesta alam, dan telah

menggugurkan syari'at-syari'at kaum muslimin." 70

Abu Hatim telah berkata : " Telah menceritakan kepada kami Harmalah, ia

berkata : Saya telah mendengar Imam Syafi'i berkata : "Saya belum pernah

melihat seseorang yang lebih mudah bersaksi dengan kepalsuan daripada

Rafidhah".

Muammil bin Ahab telah berkata : "Saya telah mendengar Yazid bin Harun

berkata : "Ditulis (riwayat hadits) dari setiap pelaku bid'ah bila tidak

mengajak ke bid'ahnya, kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka itu

pendusta."

Dan Muhammad bin Sa'ad Al Ashbahaani telah berkata : "Saya telah

mendengar syeikh Syuraik berkata : "Ambillah ilmu itu dari setiap orang

yang kamu jumpai kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka membuat-buat

(memalsukan) hadits, dan mereka menjadikan hal itu sebagai agama".

Syuraik ini adalah Syuraik bin Abdullah Qodhi (hakim) kota Kufah.

70 Ushul Madzhab As Syi'ah Al Imamiyah Al Itsna Asyara, oleh Dr. Nashir AL Qafaari,

(3/1250).

Page 38

Mu'awiyah telah berkata : "Saya telah mendengan Al 'Amasy berkata : Saya

menjumpai sekelompok manusia, dan mereka tidaklah menyebutkan tentang

mereka (rafidhah) kecuali (digolongkan kepada) orang-orang sangat

pembohong", maksudnya (mereka pembohong itu) adalah pengikut AL

Mughirah bin Sa'id yang bermadzhab rafidhah lagi pendusta, seperti yang

disifati oleh imam Adz Dzahabi. 71

Syeikhul Islam telah berkata dalam mengomentari apa yang dikatakan oleh

para imam salaf : "Dan adapun Rafidhah asal usul bid'ah mereka diambil dari

Zindiq dan kufur serta unsur kesengajaan, kebohongan banyak sekali di

tengah-tengah mereka, dan mereka mengakui hal itu, dengan mengatakan :

Agama kita adalah Taqiyah, yaitu salah seorang dari mereka mengucapkan

dengan lidahnya berbeda dengan apa yang ada di hatinya. Dan inilah hakikat

kebohongan dan kemunafikan, maka mereka dalam hal itu sebagaimana

pepadah : "Ia telah melemparku dengan penyakitnya lalu ia lari". 72

Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal : Saya telah bertanya kepada

bapakku tentang Rafidhah, maka ia mengatakan : "Yaitu orang-orang yang

mencaci maki atau mencela Abu Bakr dan Umar". Dan Imam Ahmad ditanya

tentang Abu Bakr dan Umar, maka ia menjawab : Doa'kanlah mereka berdua

agar diberi rahmat, dan berlepas dirilah dari orang yang membenci mereka

berdua". 73

Al Khallal meriwayatkan dari Abu Bakr Al Marwazi, ia berkata : Saya telah

bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad) tentang orang yang mencaci

maki Abu Bakr dan Umar serta 'Aisyah, maka ia berkata : "Saya tidak

memandangnya di dalam Islam (artinya orang yang mencaci itu telah keluar

dari Islam-pent). 74

71 Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/59-60).

72 Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/68).

73 Al Masail dan Al Rasail Al Mawiyah 'An Imam Ahmad bin Hambal, oleh Abdul Ilah

bin Sulaiman Al Ahmadi, (2/357).

74 As Sunnah oleh Khalal (3/493). Ini merupakan pernyataan yang jelas dari imam

Ahmad dalam menghukum kafir orang Rafidhah.

Page 39

Al Khallal meriwayatkan, ia berkata : Saya telah diberi tahu oleh Harb bin

Ismail Al Karmaani, ia berkata : Telah bercerita kapada kami Musa bin Harun

bin Ziad, ia berkata : saya telah mendengar Al Firyaabi sedangkan seorang

laki-laki bertanya kepadanya tentang orang yang mencaci maki Abu Bakr, ia

berkata : Kafir. Lalu ia berkata lagi, apakah disolatkan? Ia berkata: Tidak."

Ibnu Hazam telah berkata : tentang Rafidhah tatkala ia berdebat dengan

orang Kristen, dan orang-orang memberikan kepadanya kitab-kitab Rafidhah

untuk bantahan terhadapnya (Ibnu Hazam dan berkata) : sesungguhnya

Rafidhah bukanlah kaum muslimin, dan perkataan mereka bukanlah

argumen terhadap agama, akan tetapi Rafidhah itu hanyalah suatu golongan,

mula terjadinya kira-kira duapuluh lima tahun setelah Nabi Wafat, dan

permulaannya adalah merespon pangilan orang yang hampir masuk islam

dari orang-orang yang dihina Allah. Rafidhah itu adalah kelompok yang

berjalan atas jalan ajaran Yahudi dan Nasrani dalam kebohongan dan

kekufuran." 75

Abu Zur'ah Ar Raazi berkata : "Bila kamu melihat seseorang yang mencaci

salah seorang dari para sahabat Rasulullah, maka ketahuilah sesungguhnya

dia itu Zindiq."

Lajnah Daimah Lil Iftak (Lembaga Tetap untuk Fatwa) di Kerajaan Saudi

Arabia pernah ditanya dengan satu pertanyaan, dalam pertanyaan itu

penanya mengatakan bahwa ia dan sekelompok teman bersamanya berada

di perbatasan utara berdekatan dengan cek point negara Iraq. Di sana ada

sekelompok penduduk yang bermadzhab Al Ja'fariyah, dan diantara mereka

(kelompok penanya) ada orang yang enggan untuk memakan sembelihan

penduduk itu, dan diantara mereka ada yang makan, maka kami bertanya:

Apakah halal bagi kami untuk memakan sembelihan mereka, ketahuilah

sesungguhnya mereka berdoa minta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain

serta seluruh pemimpin-pemimpin mereka di dalam keadaan sulit dan

keadaan lapang ? Lalu Lajnah (lembaga) yang diketuai oleh Syeikh Abdul

'Aziz bin Abdullah bin Baz dan (anggota-anggotanya); Syeikh Abdul Razaq

75 Al Fashlu Fi Al Milal wa An Nihal, oleh Ibnu Hazm (2/78).

Page 40

'Afifi, Syeikh Abdullah bin Ghudayan, dan Syeikh Abdullah bin Qu'uud,

semoga Allah memberi pahala kepada mereka semua.

Jawabannya : Segala puji bagi Allah semata, dan shalawat dan salam

semoga dianugerahkan kepada rasul-Nya dan keluarga beliau serta sahabat-

sahabatnya, dan adapun selanjutnya:

Jika permasalahannya seperti yang disebutkan oleh penanya, bahwa

sesungguhnya jamaah (kelompok) yang memiliki ajaran Ja'fariyah, mereka

berdo'a dan meminta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain serta pemimpin-

pemimpin mereka, maka mereka itu adalah orang-orang musyrik murtad,

kelaur dari agama Islam, semoga Allah melindungi kita dari itu, tidaklah halal

memakan sembelihan mereka, karena sembelihan itu adalah bangkai,

walaupun mereka menyebut nama Allah saat menyembelihnya." 76

Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin ditanya, soal itu berbunyi : wahai

syeikh yang mulia, di negeri kami terdapat seorang rafidhah (bermadzhab

syi'ah rafidhah) bekerja sebagai tukang sembelih, maka ahlusunnah datang

kepadanya untuk menyembelih sembelihan mereka, dan begitu juga

sebagian rumah makan, bekerja sama dengan orang rafidhah ini, dan

dengan rafidhah lainnya yang berprofesi sama, apakah hukumnya

bertransaksi atau berkoneksi dengan orang rafidhah ini dan semisalnya?

Apakah hukum sembelihannya, apakah sembelihannya halal atau haram,

berikanlah kepada kami fatwa, semoga syeikh diberi pahala oleh Allah.

Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh wa ba'du:

Tidaklah halal sembelihan orang rafidhah, dan juga memakan

sembelihannya, sesungguhnya orang rafidhah pada umumnya adalah orang-

orang musyrik, dimana mereka selalu menyeru Ali bin Abi Thalib di waktu

sempit dan lapang, sampai di Arafah dan saat tawaf dan sa'i, mereka juga

menyeru anak-anak beliau dan imam-imam mereka seperti yang sering kita

dengar dari mereka, perbuatan ini adalah syirik akbar dan keluar dari agama

Islam yang berhak dihukum mati atasnya.

Sebagaimana mereka sangat berlebih-lebihan dalam menyifati Ali, mereka

menyifati beliau dengan sifat-sifat yang tidak layak kecuali hanya untuk

Allah, sebagaimana kita mendengarnya dari mereka di Arafah, dan mereka

76 Fatwa Lajnah Daimah Lil Iftak, (2/264).

Page 41

disebabkan perbuatan itu telah murtad, yang mana mereka telah

menjadikannya sebagai Rabb, Sang Pencipta, dan Yang mengatur Alam,

Yang mengetahui ghaib, yang menguasai kemudaratan dan manfaat, dan

semisal itu.

Dan sebagaimana mereka mencela Al Quran, mereka mendakwakan bawah

para sahabat telah merubah, menghilangkan dari Al Quran ayat-ayat yang

banyak berhubungan dengan Ahlu Bait dan musuh-musuh mereka, lalu

mereka tidak berpedoman kepada Al Quran dan mereka tidak

memandangnnya sebagai dalil dan argumen.

Sebagaimana mereka mencela pemuka-pemuka sahabat, seperti tiga orang

khalifah rasyidin, dan selain mereka dari orang yang diberi kabar gembira

jaminan masuk surga, para umul mukminin (istri-istri rasulullah), para

sahabat yang terkenal, seperti Anas, Jabir, Abu Hurairah dan semisalnya,

maka mereka tidak menerima hadits-hadits para sahabat tersebut, karena

mereka itu orang kafir menurut dakwaan mereka, mereka tidak

mengamalkan hadits-hadits di Bukhari Muslim kecuali yang berasal dari Ahlu

Bait. Mereka bergantung dengan hadits-hadits palsu atau hadits-hadits yang

di dalamnya tidak ada bukti atas apa yang mereka katakan. Akan tetapi

walaupun demikian, mereka itu adalah bersikap munafik, maka mereka

mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada pada hati mereka

(yang tidak mereka yakini), mereka menyembunyikan di diri mereka apa

yang tidak mereka tampakkan kepadamu, mereka berkata : barangsiapa

tidak bersikap taqiyah (nifaq) maka tidak ada agama baginya. Maka dakwaan

mereka itu tidak bisa diterima dalam ukhwah persaudaraan, dan dakwaan

mereka akan cinta syari'at... dan seterusnya. Sikap nifaq adalah merupakan

akidah bagi mereka. Semoga Allah menjaga (kita) dari kejelekan mereka,

semoga Allah menganugerahkan shalawat dan salam keada Muhammad, dan

keluarga beliau serta para sahabatnya. 77

77 Fatwa ini keluar dari syeikh setelah dilontarkan kepada beliau suatu soal yang berhubungan dengan sikap

bergaul sama orang rafidhah pada tahun 1414 H, dan penyusun ingin menerangkan sekitar apa yang

terdengar bahwa syeikh Abdullah AL Jibrin -semoga Allah melindunginya- beliau seorang yang

mengkafirkan orang-orang Rafidhah, yang benarnya adalah bawah para imam dari terdahulu sampai

belakangan ini mengkafirkan kelompok ini, hal itu disebabkan karena hujjah telah ditegakkan kepada

mereka, dan hilangnya uzur kebodohan dari mereka. (Insya Allah penerjemah akan membuat edisi khusus

tentang perkataan ulama salaf terhadap rafidhah).

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More