Jumat, 31 Agustus 2012

MEMBONGKAR KEDUSTAAN AL – MAQDISIY DALAM KITABNYA PEMBONGKARAN YANG JELAS ATAS PENGKAFIRAN NEGERI SAUDI

OLEH: Asy – Syeikh Abdul ‘Aziz Ar Royyis

Penerjemah: Abu Ammar as – Salafi

Editor dan Peneliti: Mujahid as – Salafi

PENGANTAR REDAKSI

Segala puji bagi Alloh yang telah mencipkan gelap dan terang, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Akhir zaman Muhammad bin Abdulloh, para keluarga dan shahabatnya, serta orang – orang yang mengikuti jejak langkah mereka dalam berjuang di jalan Alloh. Telah beredar sebuah kitab dengan judul Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi) karya Abu Muhammad al – Maqdisiy Ishom Burqowi yang mana kitab tersebut berisikan racun – racun yang meracuni otak para kawula muda yang bermodal semangat dalam din tanpa bermodal ilmu. Karena itu dengan memohon pertolongan kepada Alloh kami akan menghadirkan bantahan kitab tersebut kepada para pembaca di Blog kami ini secara berseri. Dan kami katakan ”HAK PENERBITAN BUKU INI BEBAS BAGI SIAPA SAJA DAN DIPERBOLEHKAN BAGI SETIAP ORANG UNTUK MENCETAKNYA, MENTERJEMAHKANNYA SERTA MENYEBARKANNYA DALAM RANGKA MEMBUAT GERAM MUSUH-MUSUH ALLOH DARI KALANGAN KHOWARIJ PENERUS DZUL KHUWASIROH, DENGAN SYARAT TIDAK MELAKUKAN PERUBAHAN SEDIKITPUN TERHADAP ISINYA”, bagi pembaca yang ingin mendapatkan naskah asli dari kitab bantahan ini silahkan download disini.(Mujahid As – Salafi)

MUQODDIMAH

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته…….. أما بعد

Sesungguhnya sikap adil dan sikap tengah tengah, serta sikap tidak berlebih lebihan dan tidak pula sikap mengurang-ngurangi adalah merupakan sikap yang dicintai dan diridloi oleh Alloh. Alloh berfirman:

Dan berlaku adillah sesungguhnya Alloh itu mencintai orang – orang yang berbuat adil….

Dan sesungguhnya sikap berlebih – lebihan di dalam syariat islam itu adalah harom hukumnya. Yang mana keharomannya itu lebih dasyat daripada keharomannya sikap mengurang – ngurangi dan sikap yang kaku/kering. Oleh karena itulah syariat islam sungguh telah berbicara dengan sangat tegas dan keras dalam perkara seputar Khowarij dan ahlul bida’ melebihi sikap tegas dan kerasnya dalam berbicara menyikapi terhadap orang – orang yang berbuat maksiat secara umum dari orang – orang yang cenderung mengikuti syahwat.

Dan sungguh pada perkara ini ada sebuah pelajaran yang sangat penting, yaitu bahwa sikap berlebih – lebihan itu memang dari jiwa yang berperasaan ini bisa menerima sikap berlebih – lebihan. Karena sikap berlebih – lebihan tersebut berbingkis dengan bingkisan agama dan dengan penuh rasa kesemangatan diatas sikap berlebih – lebihan yang dibingkis atau dihiasi dengan atas nama agama tersebut. Yang demikian itu memang akan sangat mudah untuk bisa diterima oleh jiwa seseorang selama seseorang tersebut tidak terbentengi dengan ilmu atau orang tersebut enggan untuk keluar dari perkataan – perkataan pembesar – pembesar Ahlul – Ilmi(Ulama’).

Dan sesungguhnya robb kita Alloh yang Maha suci telah memperingatkan dari sikap berlebih – lebihan yang menjerumuskan kepada meninggalkan sebuah kebenaran. Alloh berfirman:

Wahai Ahli Kitab janganlah kalian berbuat berlebih – lebihan di dalam agama kalian, dan jangan pula kalian berkata atas nama (agama)Alloh mlainkan dengan kebenaran

Dan termasuk dari deretan kitab – kitab yang memiliki sikap berlebih – lebihan adalah sebuah kitab yang berjudul “Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi)” yang pengarangnya adalah Abu Muhammad Al – Maqdisiy (‘Ishom Al Burqowi). Pensifatanku terhadap kitab tersebut dengan sifat berlebih – lebihan adalah merupakan dari suatu ahakan yang mana mari saya mengajakmuy kepada penelitian dalam keterangan/penjelasan isi kitab tersebut. Dan itu sebagaimana apa – apa yang terdapat dalam sampul kitab ini-yaitu kitab yang ada pada kedua tangan anda- dengan dalil dalil dan hujjah – hujjah serta kenyataan – kenyataan dan penukilan dari ahlul ilmi yang terdahulu maupun yang sekarang.

Maka apa – apa yang diserukan dan yang ditetapkan oleh pengarang kitab “Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi)” dari celaan – celaan dan pengkafirannya yang jelas terhadap ulama’ – ulama’ kita, seperti Al – Imam Abdul ‘Aziz bin Abdulloh bin Baz dan al – Imam Muhammad bin Sholeh al – Utsaimin serta selain keduanya dari kalangan para imam-imam Ahlus Sunnah-yang semoga Alloh selalu merohmati mereka baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal-. Dan dari pengkafirannya pula teradap para penguasa kita-yang semoga Alloh selalu membimbing mereka agar selalu mendapat petunjuk-Nya-, bahkan tidak hanya itu penulis kitab tersebut juga selalu menganjurkan dari sebuah penganjurannya atas pembunuhan dan pengrusakan di negara Al – Haromain (Saudi)-yang semoga Alloh menjaganya-. Semua ini yaitu apa yang diserukan oleh Abu Muhammad al – Maqdisiy (Ishom Burqowi) diatas adalah merupakan besarnay kejahatan, karena terkumpul padanya antara kerusakan agama dan juga kerusakan dunia*), oleh karena itu membantah kitab “Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi)” ini adalah merupakan suatu keharusan dalm rangka untuk menjelaskan apa-apa yang ada dalam kitab ini dari sebuah kejelekan – kejelekan, kekejian – kekejian dan dari kesombongan – kesombongan, serta perkataan – perkataan yang mengada- ada yang memeras atas sebagian Ahlus Sunnah –yang semoga Alloh menjaga mereka dari setiap Syubhat dan Syahwat- terlebih bagi para kawula mudalah yang diinginkan dan diincar oelh musuh – musuh, yang mana para musuh – musuh tersebut menjadikan kawula muda sebagai alat yang bisa dipakai untuk menyalakan api fitnah, dimana perasaan jiwa kawula muda akhirnya menjadi sangat tersibukkan dengan setiap fitnah bersamaan dengan rasa semangat yang berkobar – kobar dan berapi – api yang mereka nisbahkan kepada Agama. Yang mana para kawula muda itu pada hakekatnya dalam kondisi sedikit ilmu, meskipun mereka berjumlah banyak. Dan terlebih lagi kita ditimpa oleh suatu cobaan dengan keruwetan dan kekacauan “INTERNET” yang mana internet itu akhirnya menjadi suatu yang sangat berharga bagi orang – orang yang mempunyai kepentingan dan internet pun menjadi sebuah sarana untuk memamerkan syubhat – syubhat mereka (Ahlul Bathil) terhadap kaum muslimin.Maka ketika kitab ini yakni kitab Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi) menjadi sebuah kitab rujukan dan sebagai pedoman oleh kebanyakan orang – orang yang tertipu oleh mereka sebagai pemikiran dari kalangan orang – orang yang gemar mengkafirkan, dan menjadilah pemikirang tersebut saling dinukil oleh sebagian kelompok dari orang – orang bodoh yang hanya mengedepankan perasaan(Syahwat), kemudian mereka membawa dan menenggelamkan apa – apa yang ada dalam kitab tersebut dari sebuah racun terhadap kaum muslimin. Akhirnya sayapun meminta pertolongan kepada Alloh robb semesta alam untuk membantah kitab ini, yang bertujuan sebagai nasehat dan sebagai arasa takut serta khawatir terhadap orang – orang yang bertauhid, jika sampai syubhat – syubhat yang bertebaran lagi serampangan yang terdapat dalam kitab tersebut mengena dan memeras (hati dan pikiran) sebagian orang – orang yang bertauhid, yang mana setan dari golongan manusia dan jin senantiasa menghiasi dan mempercantik syubhat – syubhat yang berterbangan lagi serampangan tersebut sebagai tipu daya dan kedustaan yang menyesatkan. Oleh karena itu aku menamai kitab bantahan ini dengan judul “TABDIIDU KAWASYIFIL ‘ANIIDI FII TAKFIRIHI LIDAULATIT TUHID”. Dan aku menjadikan kitab bantahan ini menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

Pengkafiran kitab Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi) Abi Muhammad al – Maqdisiy (Ishom Burqowi) terhadap dua imam yaitu imam Abdul ‘Aziz bin Abdulloh bin Baz dan imam Muhammad bin Sholeh al – Utsaimin.

Membongkar lima syubhat Abu Muhammad al – Maqdisiy dalam pengkafirannya terhadap negeri Saudi-semoga Alloh menjaganya-

Diskusi atas sebagian perkataan Abu Muhammad al – Maqdisiyyang lemah lagi tak berguna yang terdapat didalam kitabnya Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi)

Sikap yang benar sesuai syar’I dalam mensikapi pemerintah.

Sikap para Ulama’ as sunnah, para sastrawan dan Sejarahwan terhadap negara Saudi—semoga Alloh selalu menjaganya.

Penutup.

Akhirnya saya memohon kepada Alloh untuk menjadikan bantahan ini sebagi petunjuk bagi orang – orang yang tersesat dan sebagai penjagaan bagi orang – orang yang mendapat petunjuk serta sebagai penolong untuk Tauhid dan para Muwahhidun (orang – orang yang bertauhid). Dan sebagai suatu kebenaran yang apabila telah memuntahgkan atas suatu kebatilan. Maka kebenaran tersebut pasti akan mengalahkan serta melenyapkan kebatilan itu, sebagaimana Alloh berfirman:

بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ

Dan bahkan kami muntahkan dengan suatu kebenaran atas kebatilan, maka kebenaran tersebut mengalahkan dan melenyapkan kebatilan itu, maka jadilah kebatilan itu lenyap dan binasa. Dan kalian mendapatkan celaka dari apa – apa yang kalian sifatkan.

Dan sebelum permulaan bantahan ini maka sesungguhnya Aku memuji Alloh atas apa yang telah Alloh anugrahkan dengan bantahan ini berupa muqoddimahnya dari Asy – Syeikh Sholeh al – Fauzan, yang mulia Asy – Syeikh Abdul Muhsin al Abiikan dan juga yang mulia Asy – Syeikh Abdulloh al – Abiilan-semoga Alloh senantiasa menjaga mereka- untuk kitab ini.

Dan aku bersyukur kepada mereka atas muqoddimah ini dan atas apa yang telah memberikan faedah – faedah padanya dari sebuah pengarahan dan sebagai pengetahuan. Sesungguhnya saya telah menetapkan didalam catatan kaki sebuah catatan – catatan koreksi milik Asy – Syeikh al – Fauzan bersamaan dengan menisbahkan catatan – catatan koreksi tersebut kepada beliau…….. dan merupakan dari sutu hal yang saya tidak melupaknnya adalah ketika aku memperlihatkan kitab bantahan ini kepada syeikh kami al – Fauzan, maka beliau menyebutkan bahwa beliau memang senantiasa menantikan bantahan atas kitab Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi) milik al – Maqdisiy. Maka segala puji bagi Alloh yang telah memberikan taufiq serta kesuksesan untuk membantah kitab Al – Kawasyiful Jaliyyah Fii Takfiri ad Daulatis Su’udiyyah(pembongkaran yang jelas didalam pengkafiran Negara Saudi) milik al – Maqdisi tersebut.

*)Berkata Syeikh Fauzan dalam memberi catatan: dan kenapa dia khususkan Negara Saudi diantara negara – negara arab yang lain?!, apakah karena negara saudi itu paling jeleknya negara – negara Arob, ataukah karena negara Saudi merupakan pusat Negara untuk dunia Islam?, ataukah karena dia itu Abu Muhammad al – Maqdisiy (Ishom Burqowi) dibayar oleh musuh – musuh Negara Saudi ini sebagai rasa hasad dan kezholiman?!

BANTAHAN POINT I “PENGKAFIRAN AL MAQDISIY TERHADAP SYEIKH BIN BAZ DAN SYEIKH UTSAIMIN”

Al-Imam Abu Utsman Ash-Shobuni berkata :”Tanda yang palling jelas dari ahli bid’ah adalah kerasnya permusuhan mereka kepada pembawa Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam mereka melecehkan dan menghina ahli Sunnah. [Aqidah Salaf Ashabul Hadits hal. 14]

Maka petunjuk dan bimbingan dari ahlus sunnah adalah mereka menimbang dan mengukur orang-orang selain mereka itu dengan bagaimana sikap orang-orang tersebut terhadap ulama’ assunnah ahlul atsar pada zaman mereka. Jikalau sikap orang-orang tersebut adalah menentang ulama’ sunnah maka mereka pun membid’ahkannya dan tidak ada kehormatan.

Mereka juga menghajernya dan memperingatkan darinya kerena cacian dan cercaan serta penentangan dan merendahkan ulama’ assunnah adalah merupakan merendahkan assunnah, karena ulama’ assunnah adalah pembawa assunnah dan penjaga assunnah yang mana ulama’ asssunnah mereka berjalan meniti jejak dari assunnah.

Dan demikian halnya dengan keadaan Al Maqdisi ini seorang yang sangat durhaka (Ishom Al Barqowi). Maka dia sungguh telah mencerca dan mencela terhadap ulama’-ulama’ kita yang besar seperti Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin – semoga Alloh merohmati keduanya – pada beberapa tempat dari kitabnya ( ), dan termasuk dari cercaan dan celaannya adalah bahwasanya dia berkata: Dan engkau mengetahui kedustaan negara yang keji ini (yakni negara Saudi) yang mana negara Saudi ini telah merusak agama manusia dan telah menjadikan buruk tauhid manusia, serta engkau juga mengetahui kedustaan dan kesesatan pelayan-pelayan negara Saudi ini dari kalangan ulama’-ulama’ para penguasa. Engkau jangan mereka aneh dengan tidak adanya penistaan/pengembalian asal ke halaman-halaman kitab kawaasyif, karena kitab Al-Kawaasyif tersebut tidak mempunyai tampilan yang resmi autentik, bahkan kitab tersebut hanyalah ada di dalam internet, dan halaman-halamannya berubah-rubah seiring berbuahnya barisan tampilannya yang diturunkannya oleh setiap orang, oleh karena itu pengarang / Ishom Al-Barqowi tidak meletakkan halaman-halaman pada daftar isi, tapi dia hanya mencukupkan judul-judul/pokok-pokok bahasan

Demikianlah Ishom Al-Barqowi, dia mensifati ulama’-ulama’ kita dan diantara mereka (para ulama’) yaitu Ibnu Baz, Ibnu Utsaimin, dan Al-Fauzan, bahwa mereka adalah pendusta dan sesat dan terkadang dia juga mensifati bahwa tauhid mereka adalah tauhid yang berubah, dan di tempat yang lain juga dia menuduh mereka bahwa sesungguhnya mereka adalah ulama’-ulama’ yang jelek, dan juga dalam perkataan dia terhadap negara Saudi dan fitnah Al-Harom / Masjidul Harom juga menukilkan omongan Juhaimin dalam Jarh dan celaannya terhadap Asy Syaikh Ibnu Baz, dan dia / Ishom Al Barqowi pun menetapkan omongan Juhaimin yang menjarh dan mencela Asy Syaik Ibnu Baz tersebut, dan dia Ishom Al Barqowi tidak mengingkarinya.

Dan dia / Ishom Al Barqowi menyatakan di tempat yang lain dengan nama Ibnu Baz dan juyga Ibnu Utsaimin – semoga Allah merohmatinya – dimana dia (Barqowi) mengatakan: Dan mereka para penguasa Saudi Arabia menyetir / menggiring ulama’, dan menjadikan sebagian dari ulama tersebut sebagai binatang ternak yang lembut dan nurut dan dengan tabir tutup tebal ini yang mereka para penguasa telah mengambilnya dari mereka para ahli ibadah dan para pendeta untuk menjadikan negara mereka sebagai negara Attauhid dan sebagai negara ilmu dan negara ulama’. Coba perhatikanlah bagaimana para syaikh ada di setiap tempat, inilah Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin dan syaikh-syaikh yang lainnya semuanya mereka bersama negara, pegawai negara dan mereka yang membela-bela dan melindungi negara ini (negara Saudi) …. Lantas apa yang kalian inginkan sesungguhnya tentang Al-Islam dan At-Tauhid…!! Demikianlah negara Saudi di dalam menyesatkan para rakyat.

- kemudian dia Barqowi berkata – : Sekarang tinggallah seorang yang bertauhid itu dapat mengetahui bagaimana sikap dari para ulama’ yang sesat yang mengeluarkan argumen dan bantahan membela pemerintahan Saudi Arabia. Para ulama yang tidur di dada pemerintahan Saudi Arabia, para ulama’ yang menyusu / menetek dari susu pemerintahan Saudi Arabia …. Maka dengarkanlah semoga Alloh selalu memberimu petunjuk padamu untuk agar selalu konsisten di atas kebenaran yang kita yakini dan kita beragama kepada Alloh dengan kebenaran yang kita yakini tersebut, dan tidaklah menyedihkan kita ocehan cercaan orang yang mencela jikalau kita selalu bersama kebenaran yang kita yakini, dan tidak pula menyedihkan kita kedustaan orang yang mengada-ada berkata palsu…. Maka sikap yang benar adalah bahwa para ulama’ tersebut harus dijahr / ditinggalkan, dan tidak menuntut ilmu dari mereka, dan mereka itu jangan dimintaki fatwa, karena ilmu itu sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian salaf adalah agama, maka perhatikan lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian, bahkan yang wajib adalah memperingatkan mereka dan menghajer mereka sehingga mereka kembali dan melepaskan dari sikap mudahanah / penjilat / mengambil muka para penguasa dan dari sikap condong kepoada para penguasa, dan juga dari sikap membantah mengeluarkan argumen membela para penguasa…. – kemudian Barqowi berkata – : Adapun jika mereka para ulama Saudi tersebut masih terus menerus selalu di atas keadaan mereka yang telah dirubah dan dibenci seperti demikian itu, maka wajiblah para ulama Saudi tersebut dihajer dan tidak boleh berhubungan bersama mereka ! (selesai perkataan Barqowi).

Maka ternyata demikianlah pandangan dan sikapnya Barqowi terhadap ulama sunnah di zamaannya, maka dia (Barqowi) adalah seorang mutbadi’ sesat dan tidak ada kehormatan untuknya, maka lalu lantas bagaimana apabila engkau pun mengetahui bahwa ternyata dia (Barqowi) tidak hanya berpandangan dan mensikapi ulama sunnah sebatas pensikapan kedholiman dan kejahatan seperti yang telah engkau ketahui itu akan tetapi ternyata justru dia (Barqowi) mensikapi para ulama sunnah tersebut kafir melebihi Yahudi dan Nashroni dengan anggapan karena ulama sunnah tersebut telah keluar dari agama Islam secara total.

Dia (Barqowi) telah berkata dalam risalahnya yang berjudul “Singkirkanlah Keledai Ilmu ke dalam Tanah”2 / catatan kaki Risalah ini dimaktabahnya di mimbar At Tauhid wal Jihad : Sungguh aku telah membaca surat kabar Arro’yu Al Urduniyah pada tanggal 16 SHofar 1417 Hijriyah yang bertepatan 2/7/1996 Masih ada sebuah berita yang berjudul (Hai’ah Kibarul Ulama di Negara Saudi Menjadi Susah dan Sedih Dengan Adanya Peristiwa Peledakan) dan datang di dalam berita tersebut (Hai’ah Majlis Kibarul Ulama di Kerajaan Arab Saudi telah sedih dan susah / terpukul terhadap adanya sebuah keterangan yang dinukilkan oleh surat kabar kerajaan kemarin tentang kejadian peristiwa peledakan dalam sebuah berita… – kemudian Barqowi berkata – Maka saya (Barqowi) katakan : Sungguh Alloh telah membuka kejelekan perkara kalian dan membongkar tabir kalian wahai ulama sesat…. Demi Alloh sekarang sungguh telah datang pada kami suatu hari yang dahulu kami menahan lisan-lisan kami dari masuk terjun ke dalam urusan kalian, dan kami menjaga diri kami dari menyibukkan dengan urusan perkara kalian, karena rasa takut kami dari kelirunya banyak berbicara dari perlawanan kami dan penyelewengan dari metode cara dakwah kami…. Dan kami dahulu itu hanya mencukupkan dengan memperingatkan para pemuda dari kesesatan kalian …. Sampai sehingga dikafirkan oleh orang yang telah mengkafirkan kami dikarenakan kami meninggalkan masuk terjun ke dalam mengkafirkan kalian…. Dan dahulu itu sungguh kami benar-benar mengharapkan agar kalian kembali atau agar kalian berubah, atau kalian mengganti, atau agar kalian, atau kalian membandingkan tentang kalian sama serupa dengan hadits Nabi Sholallohu Alaihi Wasalam, “Biarkan mereka, agar manusia tidak berbicara bahwa Muhammad itu telah membunuh sahabatnya”. Akan tetapi kalian sungguh amat sangat disayangkan justru kalian tidaklah bertambah melainkan hanyalah kesesatan dan kesewenang-wenangan, dan penyelewengan dari kebenaran dan berlepas diri dari At Tauhid, dan menggiring kepada thogut-thogut dan kepada kesyirikan dan tandingan…. – kemudian dia (Barqowi) berkata – Maka tempat kembali kalian jika kalian tidak bertaubat dan tidak mengadakan perbaikan dan juga menjelaskan kebenaran, adalah sebagaimana tempat kembali orang yang telah Allah katakan tentangnya :

Yang artinya : “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia ikuti oleh syaithon sampai dia tergoda maka jadilah dia termasuk orang-orang yang tersesat. Dan kalau kami menghendaki sesungguhnya kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia justru cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaan dia seperti anjing jika kamu membawanya maka diulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia pun tetap menglurukan lidahnya juga. Demikianlah itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, maka ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka berpikir.

Maka ulama sunnah dan tauhid Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin dan Al Fauzan dan Al Ghodyan dan Ali Syaikh – semoga Alloh selalu merohmati mereka yang masih hidup atau yang sudah meninggal – mereka telah berlepas diri dari At Tauhid dan mereka adalah kafir menurut Al Barqowi, hanya saja Barqowi tidak menampakkan pengkafirannya terhadap mereka karena untuk menjaga kemaslahatan sebagaimana Nabi Sholallohu Alaihi Wassalam menjaga kemaslahatan dengan tidak membunuh orang-orang munafiq “Sehingga manusia tidak berbicara bahwa Muhammad itu telah membunuh sahabatnya”.

Maka semoga Alloh menjelekkan dan menghinakan Al Barqowi dan juga semoga Alloh menjelekkan dan setiap orang membela Al Barqowi setelah orang tersebut mengetahui bahwa keadaan Al Barqowi sangat jelek dan hina seperti ini. Dan sesungguhnya pengetahuan pembaca yang sunni terhadap apa-apa yang telah berlalu ini adalah cukuplah untuk agar tidak menghitung atau menganggap keilmuan dan penukilan dan pencelaan Al Maqdisi ilmu adalah agama yang tentu tidak boleh diambil dari orang sangat pembohong dan pendusta yang mencakar seperti Abu Muhammad Al Maqdisi ini dan juga ada sesuatu yang akan saya suguhkan kepadamu wahai pembaca tentang keadaan Abu Muhammad Al Maqdisi ini, saya bawakan dari suatu kejadian yang diketahui oleh orang yang telah berkawanan dan bermajlis dengan Abu Muhammad Al Maqdisi ini, dia adalah (Ihsan Al Utaibiy)1 catatan kaki Ihsan Al Utaibiy ini ma’ruf / dikenal oleh banyak tempat Islam dan dia punya para pengikut, maka jaminan dan tanggungan atasnya dalam apa yang saya nukil ini. Maka dia Ihsan Al Utaibiy telah menyebutkan tentang Abu Muhammad Al

Maqdisi sesuatu perkara perbuatan maksiat, inilah sebagiannya :

1. Sesungguhnya Abu Muhammad Al Maqdisi tidak mau sholat di belakang kaum muslimin, akan tetapi dia justru bersembunyi di dalam WC-WC sehingga sampai manusia / kaum muslimin selesai sholat.

2. Dia Abu Muhammad Al Maqdisi tidak membolehkan sholat di belakang Al Hudzaifi (imam masjid Nabawi) dan As Sudais(Imam masjidil Haram).

3. Dia Abu Muhammad Al Maqdisi berpendapat bahwa harta polisi adalah halal untuk diambil atau dicuri, dan dia pun telah mencuri senjata dan harta salah satu seorang polisi muslim.

4. Dia Abu Muhammad Al Maqdisi berpendapat bolehnya mengkoyak kehormatan wanita-wanita muslim, karena wanita-wanita muslimin itu adalah budak, dan tentunya pendapat ini kembali pada karena pengkafirannya terhadap wanita-wanita muslimin.

Dan setelah muqodimah Syaikh kami Alallaamah Sholih Al-Fauzan – semoga Alloh selalu memberi taufiq padanya – untuk kitab ini (tabdlidu kawaasyifil ‘aniidi fii takfiirihi lidaulatid tauhiidi) maka beliau meminta pada saya untuk agar saya mencari tambahan dari data-data tentang keadaan Al Maqdisi ini, terlebih lagi dalam seputar ilmu syar’i, maka telah sampai pada saya bahwa Asy Syaikh ABdulloh As Sabt – semoga Alloh selalu memberinya taufiq – beliau sangat mengetahui tentang keadaan Al Maqdisi ini. Maka aku pun menelponnya dan terjadilah saling menjawab bersamaku – semoga Alloh membalas padanya kebaikan – dan beliau pun mengirimkan kepadaku biografi Muhammad Al Maqdisi ini yang mencangkup / memuat seputar apa-apa yang menunjukkan atas kebodohan agamanya dan sesungguhnya hanyalah angin syubhat-syubhat mengamuk bertiup keras dengannya ke kanan dan ke kiri – kita minta kepada Allah kesehatan dan kekuatan.

Berkata Syeikh Abdul Aziz ar Royyis:

Setelah saya menulis surat kepada Syeikh Abdulloh As Sabt, kemudian sayapun memnulis kembali surat kepada beliau yang isinya adalah sebagai berikut:

Kepada yang Mulia

 Asy Syeikh Abdulloh as Sabt-semoga Alloh senantiasa menjadikan beliau sebagai pembela sunnah-

As Salamu ‘alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh….

Adapun sesudah itu:

Saya sungguh berterimakasih kepadamu atas apa yang telah anda bersedia dengannya yaitu berupa keterangan – keterangan tentang seorang yang gila yakni “Abu Muhammad al Maqdisiy Ishom al Burqowiy”-semoga Alloh mencukupkan kaum muslimin dari kejelekannya-. Karena itu berikut ini adalah sebagian pertanyaan yang saya senang dan berharap anda bersedia memerikan jawaban atasnya:

Pertanyaan ke 1       : bagaimana   keadaan  Abu Muhammad  al Maqdisiy secara

  keilmuan,  apakah  dia  telah menimba Ilmu dari salah  satu

  seorang ulama’ disaat dia tinggal di Kuwait?

Pertanyaan ke 2       : apa dampak     negative        (Abu Muhammad al Maqdisiy)

  terhadappara    saudara – saudara di Kuwait dan umumnya

  bagi dunia Islam termasuk Negara Saudi?

Pertanyaan ke 3       : apakah  anda mengira bahwa Abu Muhammad al Maqdisiy

  Adalah   orang yang mengarang kitab Al Kawasiful Jaliyyah

  fii Kufri Daulatis Su’udiyyah?

 

Saya mohon kepada anda agar memberikan sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Dan semoga jawaban anda menjadi suatu dasar sebagai tempat pengambilan keterangan tentang orang gila ini. Semoga Alloh membalas anda dengan sutu kebaikan……

Kemudian beliau nengirimkan kepada saya pertanyaan tersebut, inilah konteks jawabannya:

Bismillahir rohmanir rohim

Saudaraku yang mulia Asy Syeikh Abdul Aziz Ar Rosyyis-semoga Alloh selalu memberikan taufiq padanya-. Amin

Wa’alaikum salam wa rohmatullohi wa barokatuh:

Selanjutnya: saya senang untuk menyebutkan apa yang saya ketahui terkhusus tentang Abu Muhammad al Maqdisiy dengan menyandarkan terhadap pembahasan yang telah lalu.

Jawaban atas pertanyaan ke 1 anda :

a.    Terkait apa yang saya ketahui bahwa sesungguhnya laki – laki ini (Abu Muhammad al Maqdisiy) belum pernah menimba ilmu disisi para Masyayikh di Kuwait, akan tetapi puncak dari belajarnya adalah kepada Muhammad Surur dan tidaklah diketahui pula bahwa dia belajar kepada Masyayikh pembawa Aqidah salafiyyah di Kuwait.

b.    Setelah dia kembali dari Afghonistan, dia langsung berhubungan dengan sisa – sisa kelompok Juhaiman di Kuwait dan mereka tidak menimba Ilmu bahkan kebanyakan mereka berbicara tentang (kejelekan) penguasa serta kebanyakan mereka berbicara masalah pergerakan dan pembangkitan (keterpurukan Islam). Mereka sungguh disayangkan dalam pokok permasalahan al wala’ wal Baro’, mereka tenggelam pada pengkokohan dan dukungan untuk Ikhwanul Muslimin, dan mereka memerangi para Salafiyyin dengan tuduhan bahwa mereka adalah pegawai sebuah sitem aturan.

c.    Orang laki – laki ini(Abu Muhammad al Maqdisiy) bukanlah seeorang penuntut ilmu. Oleh karena itu sesungguhnya ilmu yang ia dapatkan dari Muhammad Surur dan dari semisalnya hanyalah ilmu As Siyasah Al Hauja’(politik yang berjalan cepat) yang ilmu tersebut sebenarnya tidak pantas dan tidak layak bagi ummat ini .

Dan ringkas perkataan sesungguhnya mereka itu adalah suatu kelompok dari kalangan orang – orang yang mengetahui dan mempunyai pemikiran As Siyasah al Hauja’ ini. Mereka tidaklah termasuk para penuntuk ilmu, akan tetapi mereka hanya sekedar menghafal beberapa kumpulan nash – nash/dalil – dalil kemudian mereka mengambil sebagiannya untuk apa yang mereka inginkan tanpa kembali pada keterangan ahlul ilmi dan ini merupakan cirri khas mereka, baik kelompok takfir di Mesir atau selainnya atau juga pada kelompok Juhaiman.

Jawaban pertanyaan yang ke 2:

Adapun pengaruh orang sesat ini di Kuwait seungguh lemah, dikarenakan beberapa perkara diantaranya:

a.    Sesungguhnya Abu Muhammad al Maqdisiy telah meninggalkan Kuwait semenjak waktu yang lama sebelum nampak pemikiran takfir pada dirinya dan sebelum Nampak pula pemikiran takfir pada kelompok sisa – sisa Juhaiman.

b.    Sesungguhnya pengaruh pemikirannyaa itu pada pemuda Palestina secara khusus, dikarenakan dia adalah orang Palestina sehingga ia tidak biasa menyebarluaskan pemikiran takfiri di Negara Kuwait sebagaimana selain dia dari kalangan orang – orang asal Kuwait juga ikut andil dalam menyebarluaskan.

c.    Sesungguhnya yang paling utama dan penting bahwa barisan Salafi yang berhubungan dengan Ulama’ sangatlah kuat di Kuwait-segala puji hanya milik Alloh- maka keutamaan daerah – daerah Kuwait berisi penuh dengan saudara – saudara kami para salafiyyin dari kalangan penceramah – penceramahdan dari kalangan pengajar, karena itu hal ini menghalangi tersebarnya pemikiran takfiri. Oleh karena itu para Qutbiyyun (para pengikut sayyid Quthb) dan kelompok Harokah Ilmiyyah yang berasal dari Kuwait tidak berani menampakkan dengan jelas dan terang madzab mereka dalam hal memberontak kepada penguasa dan mengkafirkannya, akan tetapi mereka hanyalah menyesatkan manusia yang kondisi mereka bodoh dan suka marah.

d.    Akan tetapi tidak diragukan bahwa mereka memiliki pengaruh atas sebagian pemuda, akan tetapi saya yakini bahwa pengaruh mereka di Negara Saudi sangatlah lemah. Karena itu mereka yang mengharumkan dan memelihara manhaj Sayyid Quthb disana hanyalah menyandarkan perkataan semisal ini dan itu    kepada sayyid Quthb, kalau tidak seperti itu maka sangatlah sulit.

Jawaban pertanyaan ke-3:

Adapun kitab Al KawaSyiful Jaliyyah Fii Kufri Daulatis Su’udiyyah, maka sungguh ketika saya pertama kali meneliti kitab tersebut dan kesepakatan para orang yang membaca pada saat tersebarnya di Afghonistan, menyimpulkan bahwa kitab Al Kawasyiful Jaliyyah Fii Kufri Daulatis Su’udiyyah ini adalah hasil karya dari kalangan Masyayikh Su’udiyyah dan selainnya yang berpemikiran takfir serta kitab tersebut belum dinisbahkan kepada Abu Muhammad al Maqdisiy kecuali pada saat akhir – akhir ini.

Barang siapa yang mendalami padsa konteks – konteks kitab Al KAwasiful Jaliyyah tersebut tentu akan Nampak baginya dengan jelas bahwa pengarang kitab tersebut lebih dari satu orang, sebagaimana pula keadaan kitab “Ma’alimul Intholaaqotil Kubro” yang tersebar pada masa itu. Setiap orang yang meneliti cara – cara metode penulisan pada kitab Al Kawasyiful Jaliyyah dan meneliti kitab al Maqdisiy yang lain maka akan Nampak jelas baginya suatu keadaan antara dua ungkapan.

Oleh karena itu saya memastikan bahwa kita Al Kawasyiful Jaliyyah dibikin tanpa meminta pendapat pihak yang yang menyiarkan pada saat itu dan kitabnya (Al Kawasyiful Jaliyyah itu) merupakan hasil dari orang – orang Jaziroh araob. Pemastian dan penetapanku mengenai hal ini semenjak dahulu sebelum nampaknya fitanh ini.

Sebagaimana saya juga telah memastikan dan menetapkan bahwa kitab Rof’ul Iltibas yang disandarkan kepada Juhaiman juga bkan merupakan karangan Juhaiman.

Sesungguhnya cara metode penulisan pada kitab Al Kawasyiful Jaliyyah adalah metode yang sangat memuaskan dan tulisn – tulisan yang jelas menunjukkan bahwa pengarang kitab Al Kawasyiful Jaliyyah adalah seorang yang kokoh dalam mendalami berita penduduk Nejd, sedangkan data – data pengetahuan ini tidak terpenuhi oleh Abu Muhammad al Maqdisiy dan juga tidak terpenuhi pula oleh Muhammad Surur waktu itu.

Maka ringkasnya bahwa kitab Al Kawasyiful Jaliyyah ini ditulis oleh anak – anak Jaziroh arob dari kalangan orang – orang yang dendam terhadap Negara Saudi dan sepertinya orang yang member data – data secara terbuka dan penyiaran – penyiara mengenai Negara Saudi adalah orang yang bernama “Faqih”. Oleh karena itu orang yang membaca kitab Al Kawasyiful Jaliyyah akan mendapatkan penggabungan dua metode penulisan.

Inilah apa yang dapat saya sampaikan dalam perkara ini, dan hanyalah kepada Alloh saya meminta agar menolong Ahlul Haq untuk membongkar para pengekor hawa nafsu. Sungguh membongkar aib – aib dan kejahatan mereka adalah Jihad di jalan Alloh.

والله هادي للحق

كتبه محبكم

أبو معاوية/ عبد الله السب

Dan Alloh-lah dzat yang member petunjuk kepada kebenaran

Telah menulisnya orang yang mencintaimu Abu Mu’awiyah/Abdulloh As Sabt

www.elhijrah.blogspot.com

Selasa, 28 Agustus 2012

BAHAYA RIYA

RIYA DAN BAHAYANYA

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ z قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. رواه مسلم (1905) وغيره

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari' (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

BAHAYA RIYA[1]
Di dalam al Qur`an dan as Sunah banyak sekali ancaman tentang bahaya riya'. Riya' termasuk kedurhakaan hati yang sangat berbahaya terhadap diri, amal, masyarakat dan umat. Dan ia juga termasuk dosa besar yang merusak. Di antara bahaya riya' adalah sebagai berikut :

1. Riya' Lebih Berbahaya Bagi Kaum Muslimin Daripada Fitnah Masiih Ad Dajjal.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya". [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa'id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]

2. Riya' Lebih Sangat Merusak Daripada Serigala Menyergap Domba

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda : “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dan dilepaskan di tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada ketamakan seorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya". [HSR Ahmad, III/456; Tirmidzi, no. 2376; Darimi, II/304, dan yang lainnya dari Ka'ab bin Malik].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan permisalan rusaknya agama seorang muslim karena tamaknya kepada harta, kemuliaan, pangkat dan kedudukan. Semua ini menggerakkan riya' di dalam diri seseorang.

3. Amal Shalih Akan Hilang Pengaruh Baiknya Dan Tujuannya Yang Besar Bila Disertai Riya'.

Allah berfirman :

"Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya' dan mencegah (menolong dengan) barang yang berguna". [al Ma’uun : 4-7]

.

Orang yang berbuat riya' dan tidak mau menolong orang lain, karena shalat mereka tidak mempunyai pengaruh dalam hati mereka, sehingga mencegah kebaikan dari hamba-hamba Allah. Mereka hanyalah menunaikan gerakan-gerakan shalat dan memperindahnya, karena semua mata memandangnya, padahal hati mereka tidak memahami, tidak tahu hakikatnya dan tidak mengagungkan Allah. Karena itu, shalat mereka tidak berpengaruh terhadap hati dan amal. Riya' menjadikan amal itu kosong tidak ada nilainya.

4. Riya' Akan Menghapus Dan Membatalkan Amal Shalih.

Allah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang kafir". [al Baqarah : 264].

Hati yang tertutup riya' ibarat batu licin yang tertutup tanah. Orang yang berbuat riya' tidak akan membuahkan kebaikan, bahkan ia telah berbuat dosa yang akan dia peroleh akibatnya pada hari Kiamat. Riya' menghapuskan amal shalih, dan seseorang tidak mendapatkan apa-apa karenanya di akhirat nanti dari amal-amal yang pernah ia lakukan di dunia. Sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ ، يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِيْ الدُّنْيَا ، فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزاَءً ؟!

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya'. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya' kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?" [HR Ahmad, V/428-429 dan al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin Labid. Lihat Silsilah Ahaadits Shahiihah, no. 951]

Pelaku riya' akan memamerkan amalnya agar dipuji, disanjung dan mendapatkan kedudukan di hati manusia. Dia tidak akan mendapat ganjaran kebaikan dari Allah, dan tidak pula dari orang-orang yang memujinya, karena yang berhak memberi balasan hanya Allah saja. Allah berfirman dalam hadits Qudsi :

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ ، تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ

"Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya" [HR Muslim, no. 2985 dan Ibnu Majah, no. 4202 dari sahabat Abu Hurairah)]

5. Riya' Adalah Syirik Khafi (Tersembunyi).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ ، قَالَ قُلْنَا بَلَى ، فَقَالَ : الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,“Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu ia menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya".[HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa'id al Khudri, hadits ini hasan-Shahih Ibnu Majah, no. 3389]

6. Riya' Mewariskan Kehinaan Dan Kerendahan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ ، سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ ، وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ

"Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya". [HR Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir; al Baihaqi dan Ahmad, no. 6509. Dishahihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat Shahiih at Targhiib wat Tarhiib, I/117, no. 25].

7. Pelaku Riya' Tidak Akan Mendapatkan Ganjaran Di Akhirat.

Dari Ubay bin Ka'ab, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

بَشِّرْ هَذِهِ الأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالدِّيْنِ ، وَ النَّصْرِ ، وَ التَّمْكِيْنِ فِي الأَرْضِ ، فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الأَخِرَةِ لِلدُّنْيَا ، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الأَخِرَةِ نَصِيْبٌ

"Sampaikan kabar gembira kepada umat ini dengan keluhuran, kedudukan yang tinggi (keunggulan), agama, pertolongan dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka melakukan amal akhirat untuk dunia, maka dia tidak akan mendapatkan bagian di akhirat". [HR Ahmad, V/134; dan Hakim, IV/318. Shahih, lihat Shahih Jami’ush Shaghiir, no. 2825]

8. Riya' Akan Menambah Kesesatan Seseorang.

Allah Ta'ala berfirman :

"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedangkan mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta". [al Baqarah : 9-10].

9. Riya' Merupakan Sebab Kekalahan Ummat Islam.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَ صَلاَتِهِمْ , وَ إِخْلاَصِهِمْ

"Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka" [HSR an Nasa-i, VI/45, dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash][2]

Ikhlas karena Allah menjadi sebab ditolongnya umat ini dari musuh-musuh mereka. Allah melarang kita keluar berperang dengan sombong dan riya', karena hal ini akan membawa kepada kekalahan. Allah berfirman :

"Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan". [al Anfaal : 47].

BEBERAPA PERKARA YANG TIDAK TERMASUK RIYA'[3]

Ada beberapa perkara yang disangka oleh sebagian orang sebagai perbuatan riya', padahal sesungguhnya tidak demikian. Perkara-perkara tersebut adalah.

1. Pujian Manusia Atas Seorang Hamba Atas Amal Baik Yang Ia Lakukan Tetapi Bukan Tujuannya Ingin Dipuji.

Apabila seseorang mengamalkan sesuatu perbuatan dengan ikhlas dan sampai selesai amal itu pun dilakukan dengan ikhlas, kemudian ada yang mengetahui amal tersebut lalu memujinya, namun ia tidak menghendaki yang demikian itu, maka hal itu tidak termasuk riya'. Seperti dalam hadits Abu Dzar:

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ ، قَالَ : قِيْلَ لِرَسُولِ اللهِ : أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ ، وَ يَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang seseorang yang mengerjakan satu amal kebaikan, lalu orang memujinya?” Beliau menjawab,”Itu merupakan kabar gembira bagi orang mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia." [HSR Muslim, 2642; Ibnu Majah, no. 4225 dan Ahmad, V/156, 157; dari sahabat Abu Dzar].

Namun ia tidak berlaku 'ujub, dan tidak pula sengaja agar orang mengetahui kebaikannya.

2. Giatnya Seorang Hamba Dalam Berbuat Kebaikan Ketika Ada Orang Yang Melihatnya Dan Ketika Menemani Orang-Orang Yang Ikhlas Dan Orang Shalih.

Ibnu Qudamah al Maqdisi rahimahullah (wafat tahun 689 H) menjelaskan dalam kitabnya, Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm. 288: "Adakalanya seseorang berada di tengah orang-orang yang tekun beribadah. Ia melakukan shalat hampir sebagian besar malam karena kebiasaan mereka adalah bangun malam. Dia pun mengikuti mereka melaksanakan shalat dan puasa. Andaikata mereka tidak melaksanakan shalat malam, maka iapun tidak tergugah untuk melakukan kegiatan itu. Mungkin ada yang menganggap bahwa kegiatan orang itu termasuk riya', padahal tidak demikian sebenarnya, bahkan hal itu perlu dirinci. Setiap orang mukmin tentunya ingin banyak beribadah kepada Allah, tetapi kadang-kadang ada satu dua hal yang menghambat atau yang melalaikannya. Maka boleh jadi dengan melihat orang lain yang aktif dalam melakukan kegiatan ibadah, membuatnya mampu menyingkirkan hambatan dan kelalaian itu. Bila seseorang berada di rumahnya, lebih mudah baginya untuk tidur di atas kasur yang empuk dan bercumbu dengan istrinya. Tetapi bila dia berada di tempat yang jauh, ia tidak disibukkan oleh hal-hal itu. Kemudian ada beberapa faktor pendorong yang membangkitkannya untuk berbuat kebajikan, di antaranya keberadaannya di tengah orang yang beribadah atau disaksikan oleh mereka. Boleh jadi dia merasa berat berpuasa ketika berada di rumah, karena di dalamnya ada banyak makanan. Dalam keadaaan seperti itu, setan terus menggoda untuk menghalanginya dari ketaatan sambil berkata ‘jika engkau berbuat di luar kebiasannmu, berarti engkau adalah orang yang berbuat riya',’ maka dia tidak boleh memperdulikan bisikan setan ini. Dia harus melihat pada tujuan batinnya dan jangan sekali-sekali ia menoleh kepada bisikan setan”.

3. Menyembunyikan Dosa

Wajib bagi seorang mukmin atas mukmin lainnya, apabila berbuat suatu kesalahan, hendaklah ia tutupi dan jangan ia tampakkan dosanya. Kemudian ia wajib segera bertobat kepada Allah. Karena, menceritakan maksiat yang telah terlanjur dilakukan, berarti menyiarkan kekejian di antara kaum mukminin dan akan membuat dia meremehkan batas-batas Allah. Allah berfirman :

"Sesungguhnya orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu disiarkan di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui". [an Nuur : 19].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافىً إِلاَّ الْمُجَاهِرِيْنَ ، وَ إِنَّ مِنَ الْمُجَاهِرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَ قَدْ سَتَرَهُ اللهُ فَيَقُوْلَ : يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كذَا وَ كَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَ يُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ

"Setiap umatku akan dimaafkan, kecuali orang-orang yang terang-terangan. Sesungguhnya termasuk terang-terangan ialah, jika seseorang melakukan suatu amal (dosa) pada malam hari, kemudian pagi harinya ia bercerita. Padahal pada malamnya Allah sudah menutupi dosanya. Ia katakana, hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini dan begitu, padahal malam itu Allah sudah menutupi dosanya, namun pagi harinya ia justru menyingkap tutupan Allah pada dirinya". [HSR Bukhari, no. 6069 dan Muslim, no. 2990 dari Abu Hurairah].

4. Mengenakan Pakaian Indah Dan Bagus

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ،قَالَ رَجُلٌ : إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَناً وَ نَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ : إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَ غَمْطُ النَّاسِ

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat dzarrah (biji atom)”. Seseorang berkata: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang menyukai pakaiannya bagus dan sandalnya bagus,” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,”Sesungguhnya Allah indah dan menyukai keindahan; sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". [HR Muslim, no. 91; Abu Dawud, no. 4091; at Tirmidzi, no. 1999 dan al Baghawi, no. 3587 dari hadits Abdullah bin Mas’ud].

5. Menampakkan Syiar-Syiar Agama Islam

Di dalam Islam ada beberapa ibadah yang tidak mungkin disembunyikan dalam pelaksanaannya, seperti haji, umrah, shalat Jum’at, shalat berjama'ah yang lima waktu dan lainnya.

Seorang muslim tidak dikatakan berbuat riya', bila ia menampakkan amal-amal ini. Karena termasuk amal-amal yang wajib ditampakkan dan dimasyhurkan serta melaksanakannya adalah termasuk syiar-syiar Islam. Orang yang meninggalkannya akan terkena celaan dan kutukan. Akan tetapi, jika amal-amal ibadah sunnah, hendaknya disembunyikan, karena tidak tercela bagi orang yang meninggalkannya. Tetapi jika ia menampakkan amal itu dengan tujuan supaya orang lain mengikuti sunnah itu, maka hal itu adalah baik. Sesungguhnya yang dikatakan riya', yaitu apabila tujuannya menampakkan amal tersebut supaya dilihat, dipuji dan disanjung manusia.

Insya Allah bersambung ……

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]

________

Footnote

[1]. Ar Riya' , hlm. 39-52.

[2]. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, no. 2896 dan lainnya tanpa menyebutkan lafazh ikhlas. Lihat Shahih at Targhib wat Tarhiib (I/105 no. 6). Hadits ini terdapat syahidnya dari Abu Darda’, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan an Nasa-i (VI/45), Fathul Bari (VI/89).

[3]. Ar Riya', hlm. 53-59


Sumber : www.almanhaj.or.id

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More